Indonesia berhasil mendeteksi kasus pertama cacar monyet, Sabtu (20/8/2022). Ciri-ciri pada pasien positif cacar monyet tersebut yakni ruam atau lesi di kulit imbas infeksi.
Pakar penyakit menular dari University of California, Davis Medical Center, Sarah Waldman mengatakan, masa inkubasi virus lebih lama dari flu atau varian Covid-19 Omicron yang membutuhkan 2-3 hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, masa inkubasi cacar monyet antara 6-13 hari dan terkadang hingga 21 hari. Namun, data menunjukkan masa inkubasi dapat lebih pendek.
“Selama periode ini, seseorang yang terkena cacar monyet tidak akan tahu mereka sakit,” ucapnya, dilansir dari Antara.
Gejala: Pakar penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center, William Schaffner mengatakan, sekitar 60% pasien cacar monyet akan mengalami semacam gejala pilek atau flu pada awalnya. Dalam beberapa kasus, pasien mengalami nyeri, merasa tidak enak badan, dan sedikit kehilangan nafsu makan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencantumkan gejala umum lain cacar monyet seperti pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan batuk.
Meski, antara antara satu orang dan lainnya dapat mengalami cacar monyet secara berbeda, gejala seperti flu akan hilang dalam beberapa hari. Setelahnya, pasien cacar monyet mungkin mulai melihat ruam atau lesi bermunculan.
Namun, CDC menyatakan, beberapa orang mungkin mendapatkan ruam atau lesi terlebih dahulu, diikuti oleh gejala lain. Sedangkan orang lainnya mungkin hanya mengalami ruam.
Lesi cacar monyet: Selama dua sampai empat minggu setelah masa inkubasi awal, seseorang yang terinfeksi cacar monyet akan melihat lesi terbentuk pada tubuhnya. Menurut CDC, lesi pertama terbentuk di lidah atau di mulut. Namun, tidak semua infeksi cacar monyet termasuk tahap ini.
Tahap pertama lesi cacar monyet pada tubuh disebut tahap makula. Pada tahap papula, benjolan pada tubuh baru terbentuk, memerah atau berubah warna. Setelah itu, benjolan menjadi sedikit terangkat. Pada tahap vesikular, setelah lesi terangkat, akan terisi cairan bening dan menjadi seperti lepuh.
“Itu bukan jenis lepuh tipis yang didapatkan dari goresan di kulit atau cacar air,” tutur Schaffner.
Pada tahap pustula, cairan bening di dalam lesi akan berubah menjadi buram atau kekuningan yang disebut umbilikasi. Infeksi mulai sembuh segera setelah pustula mulai berubah menjadi koreng. Proses ini dapat memakan waktu beberapa minggu, tetapi pada akhirnya kulit baru yang sehat akan tumbuh di bawah tempat lepuh berada dan keropeng akan terlepas. Pada titik ini, infeksi cacar monyet sudah berakhir.
Orang-orang paling berisiko menularkan virus ketika mereka memiliki lesi, kemudian, melakukan kontak kulit-ke-kulit dengan orang lain, atau jika seseorang menginfeksi suatu benda lalu menularkan virus ke orang lain.
Pencegahan: Sementara itu, Pakar kesehatan di University of California, Irvine, Andrew Noymer menyarankan orang-orang melakukan tindakan pencegahan seperti Covid-19, seperti rajin mencuci tangan, demi terhindar terkena cacar monyet.
Selain itu, kata dia, sebaiknya juga mendisinfeksi benda-benda yang disentuh seperti meja dan membersihkan toilet. Kasus cacar monyet terlaporkan bisa menunjukkan lesi di sekitar daerah dubur dan genital, sehingga kamar kecil mungkin memerlukan sanitasi ekstra.
Penggunaan masker diperlukan untuk mencegah penularan cacar monyet. Paparan kontak dekat yang berkepanjangan meningkatkan kemungkinan penularan pernapasan. Orang-orang harus menggunakan masker N95 atau masker bedah, serta membatasi kontak kulit-ke-kulit dengan orang yang terinfeksi.
Penularan: Cacar monyet menyebar dengan beberapa cara berbeda, tetapi paling mudah ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. “Banyak dari kasus ini menyebar melalui hubungan intim, tetapi itu hanya karena pertemuan intim melibatkan kontak kulit, bukan karena sesuatu yang eksklusif seksual,” tutur Noymer.
Meski kontak langsung menjadi cara paling umum penyebaran cacar monyet, tetapi lesi cacar monyet dapat terbentuk di saluran pernapasan sebelum muncul di bagian tubuh lainnya.
Ketika lesi tersebut merembes, ada potensi penularan melalui droplet, terutama pada kontak yang sangat dekat.
Pakar penyakit menular di Memorial Hermann Hospital di Houston, Texas, Luis Ostrovsky mengatakan, meski tetesan tersebut dapat menyebarkan cacar monyet, vektor infeksinya dibatasi oleh ukuran dan beratnya. Tetesannya jauh lebih besar daripada partikel aerosol, sehingga terbatas bergerak, karena gravitasi.
“Tetesan menurut ukurannya cenderung bergerak tidak lebih dari enam kaki (atau 1,8 meter) karena gravitasi,” ucapnya.
Menurut CDC, cacar monyet juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkena lesi atau cairan tubuh pasien seperti pakaian dan seprai. Wanita hamil juga dapat menularkan virus ke janinnya melalui plasenta.
Baca Juga:
Studi: Pandemi Ubah Pengalaman Bermimpi
Simak Perbedaan Cacar Monyet dan Cacar Air
Kemenkes Konfirmasi Kasus Pertama Cacar Monyet di Indonesia