Internasional

Kesaksian Insiden Penembakan di Bandara Canberra

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
perthnow.com.au

Seorang pria berusia 63 tahun telah didakwa dengan
pelanggaran senjata api setelah melepaskan tembakan di dalam bandara Canberra
Australia pada Minggu (14/8/2022) sore.

Dilansir dari BBC, pria dari New South Wales itu duduk di
kursi pada area check-in sebelum menembak beberapa kali ke jendela gedung.
Tidak ada yang terluka dalam insiden itu, tetapi sebabkan penumpang berlari
ketakutan. Australia memiliki beberapa undang-undang senjata api terberat di
dunia. Pelaku segera ditahan. Polisi belum menjelaskan motifnya.

Kronologi: Dilansir dari ABC, pria bernama Ali Rachid Ammoun
itu tiba di bandara sekitar pukul 13:20 dan duduk di beberapa kursi dekat meja
check-in di lantai pertama. Sekitar pukul 13.25, Ali mengeluarkan senjata api
dan melepaskan sejumlah tembakan ke jendela gedung.

Polisi Federal Australia yang ditempatkan di terminal
bandara menangkap Ali. Bandara ibu kota dievakuasi sebagai tindakan pencegahan
dan beberapa penerbangan dibatalkan atau dijadwalkan ulang. Bandara Canberra
kembali beroperasi normal sekitar pukul 17.00, dengan penerbangan dilanjutkan
tak lama kemudian.

Dakwaan: Ali menghadapi tiga dakwaan. Yaitu, menembak, serta
memiliki revolver Smith dan Wesson. Selain itu, dengan sengaja melepaskan
pistol yang menyebabkan orang lain takut akan keselamatan mereka.

Di pengadilan, satu-satunya permintaannya adalah agar ABC
dikeluarkan. Hakim Robert Cook menolak permohonan tersebut, karena pengadilan
terbuka. Ali tidak mengajukan jaminan, dan telah ditahan untuk menjalani
pemeriksaan kesehatan mental di Alexander Maconochie Centre.

Kesaksian: Kasus ini akan kembali ke pengadilan pada 5
September. Reporter ABC Lily Thomson, yang berada di bandara saat itu, mengaku
mendengar ledakan keras dan melihat orang-orang berlari ke arahnya.

“Saya hanya berasumsi orang-orang berlarian untuk
penerbangan mereka,” ucapnya.

Namun, Lily menyadari ada yang tidak beres ketika
orang-orang mulai berteriak ‘lari’. Ia mengaku merasa terguncang setelahnya.
“Hanya perasaan tidak tahu, itu cukup menakutkan. Begitu kami keluar,
orang-orang menggunakan ponsel mereka untuk orang yang dicintai, saling
berpelukan, hal semacam itu,” tutur Lily.

Baca Juga

Share: Kesaksian Insiden Penembakan di Bandara Canberra