Isu Terkini

Asal Bukan Najib: “Mahathir Tua, Sering Sakit dan Kontroversial, Tapi…”

Haifa Inayah — Asumsi.co

featured image

Pemilu Malaysia baru aja selesai dengan hasil yang mengejutkan. Ya, gimana enggak mengejutkan, koalisi Barisan Nasional (BN) yang udah menjabat puluhan tahun di pemerintahan dengan perdana menterinya, Najib Razak, terpaksa harus menyerahkan kekuasaannya pada kubu oposisi, Pakatan Harapan (PH), yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Malaysia selama 22 tahun, Mahathir Muhammad.

Nah, ngomongin pemilu di Negeri Jiran, enggak lengkap rasanya kalau kita enggak ngobrol-ngobrol sama para anak muda dari Malaysia soal pendepat mereka atas pemilu ini. Karena itu, ASUMSI ngobrol sama tiga dara asal Malaysia; yaitu Alya (25, Kuala Lumpur), Lisa (23, Kuala Terengganu), dan Aishah (23, Kedah) yang lagi kuliah di Amerika Serikat, soal kesan-kesan mereka jadi pemilih muda dan apa harapannya untuk Malaysia ke depan. Yuk, kita ikutin!

Asumsi: Kamu nyoblos enggak?

Alya: Nyoblos tapi ribet banget, surat suaraku di kirim lewat pos dan pas nyampe ke Washington DC [tempat Alya tinggal sekarang], udah weekend, jadi ribet banget buat ngirim baliknya, untung keburu.

Lisa: Aku enggak bisa, padahal aku udah daftar via online tapi sampai Hari-H, surat suaraku enggak nyampe-nyampe di Boston [tempat Lisa tinggal].

Aishah: Enggak bisa karena surat suaraku nyampenya telat. Buat mahasiswa yang kuliah di luar negeri kayak aku [Aishah tinggal di Boston], kebanyakan kasusnya itu surat suara enggak nyampe on time, padahal aku udah registrasi.

Asumsi: Kamu dukung siapa?

Alya: Pakatan Harapan

Lisa: Pakatan Harapan. Well, aku sebenernya oke dua-duanya, tapi aku enggak suka cara BN ketika dia [Najib] memimpin. Aku enggak suka Najib dan masalah-masalah yang dia bikin, kayak masalah korupsi 1MDB itu, terus juga hutang negara yang tinggi. Sebenernya aku dukung BN, tapi aku enggak mau dukung Najib. Jadi nanti kalau BN ada calon yang bukan Najib, aku mungkin balik lagi dukung BN.

Aishah: Aku netral aja, kan enggak nyoblos.

Asumsi: Kamu kan punya perdana menteri baru nih, Tun Mahathir Muhammad, gimana pendapatmu?

Alya: Aku sebenarnya khawatir sih soalnya dia kan tua, terus pas dulu menjabat juga dia banyak bikin kontroversi gara-gara kebijakannya, tapi untungnya kan dia enggak akan lama menjabat. Spekulasinya, habis dua tahun dia bakal digantikan sama Anwar Ibrahim, tapi idealnya, kalau emang mau perubahan rezim ya harus pemerintahan yang bener-bener baru. Bukan orang lama.

Lisa: Aku seneng banget sih, soalnya kan dia udah pernah memerintah kita sebelumnya, jadi walaupun dia tua, dia punya semangat untuk merubah Malaysia jadi lebih baik, dia mau meningkatkan ekonomi. Apalagi dia kenal banget nih sama Najib, jadi dia tau salah-salahnya Najib di mana dan dia mau benerin jadi walaupun dia tua ya enggak masalah.

Aishah: Aku sih puas, karena kalau kita lihat di berita-berita kan Najib korupsinya banyak tuh, makanya kita pengen ada perubahan. Nah Tun Mahathir ini kan udah pernah memimpin Malaysia sebelumnya, dia banyak bikin pembangunan juga, makanya kita percaya sama dia dan mau milih dia lagi.

Asumsi: Tapi kan dia tua. Emang kamu sebagai anak muda mau dipimpin orang tua gitu?

Alya: Enggak sih, cuma ya mendingan lah dibanding kubu sebelah yang nyolong duit dari rakyat. Terus dia juga dulu kan kontroversial banget gara-gara banyak kebijakannya dan langkah politiknya, tapi sekarang aku yakin rakyat Malaysia bakal lebih mengawasi pemerintahan.

Lisa: Aku sih positif aja, umur enggak penting. Yang penting Tun Mahathir semangat untuk membawa perubahan di Malaysia, jadi umur enggak jadi halangan. Kita liat aja kalau dalam lima tahun ke depan ekonomi Malaysia merosot, ya kan bisa ganti, tapi sekarang kita liat aja dulu.

Aishah: Ya kita hargai aja semangatnya untuk memperbaiki Malaysia. Iya sih dia udah tua, bisa sakit kapan aja dan udah sering masuk rumah sakit juga, tapi kan nanti Anwar Ibrahim bakal keluar dari penjara dan Tun Mahathir bisa ngasih posisinya ke Anwar. Tapi ya kita liat aja. Kan makin tua makin banyak pengalaman.

Asumsi: Di masa pemerintahannya dulu, Mahathir terkenal dengan kebijakannya yang mengutamakan etnis Melayu. Menurutmu kalau dia udah maju dari Pakatan Harapan gini, dia bakal berubah enggak?

Alya: Iya dia waktu itu banyak bikin kebijakannya yang berdasarkan kepada etnis. Hal ini emang menguntungkan buat Bumiputera [etnis Melayu] tapi bikin masyarakat Malaysia terpecah belah. Jadi aku maunya melihat Malaysia yang lebih bersatu. Kalau bisa di masa depan kita punya Perdana Menteri enggak harus orang Melayu, itu bakal keren banget. Tapi kayaknya enggak bakal kejadian deket-deket ini deh.

Lisa: Waktu itukan Mahathir didukung BN, jadi dia benar-benar memperjuangkan keistimawaan buat etnis Malaysia, kalau di PH kayaknya enggak bisa sama dengan BN karena di koalisinya sendiri banyak etnis. Aku sebenernya enggak suka sih yang begini. Soalnya aku tau, Malaysia itu isinya etnis Tionghoa, India dan Melayu, tapi aku maunya Melayu tetap diutamakan karena ini bukan soal etnis, tapi soal negara. Bangsa Melayu yang membangun Malaysia, jadi kita enggak bisa membagi keistimewaan ke etnis lain.

Aishah: Aku sih ngeliat Malaysia emang negara yang multikultur, aku yakin sih Mahathir bakal melakukan hal yang menurutnya penting, tapi sebagai bangsa Melayu ya gimana ya, ibuku sering bilang “Kita orang Melayu kalau disuruh keluar dari Malaysia ini enggak bisa ke mana-mana, enggak kayak orang Tiongkok yang ada di mana aja di dunia ini, kalau kita diusir, kita mau kemana?” Jadi ya aku menghargai diutamakannya etnis Melayu oleh pemerintah, aku enggak rasis ya, kalau mau ada perubahan juga ya enggak apa-apa, tapi jangan terlalu ekstrim. Kita mau diistimewakan dikit aja. Dikit kok.

Apa harapan kamu untuk pemerintahan di bawah Mahathir Muhammad?

Alya: Aku pengen liat persatuan total di Malaysia, enggak cuma etnis Melayu tapi juga India, Tionghoa dan suku-suku asli di Malaysia. Semuanya bersatu

Lisa: Aku enggak mau ada GST [Pajak PPN] dan selesaikan hutang-hutang negara karena Najib.

Aishah: Aku pengen liat pertumbuhan ekonomi, pemerintah yang enggak korupsi dan dihapuskannya GST.

Share: Asal Bukan Najib: “Mahathir Tua, Sering Sakit dan Kontroversial, Tapi…”