Internasional

Krisis Ekonomi, Warga Sri Lanka Beli BBM di Pasar Gelap

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as

Akshant, bukan nama sebenarnya, terlihat seperti pengemudi tuk tuk di Sri Lanka, tetapi gajinya tiga kali lebih tinggi dari yang lain. Sebab, Akshant telah menjual bahan bakar di pasar gelap di tengah kelangkaan yang parah baru-baru ini.

“Ini lebih menguntungkan daripada mengendarai tuk tuk,” ujar pria 59 tahun itu dari balik kemudi kendaraan merahnya. 

Cari untung dari krisis: Kendaraan roda tiga terbuka itu diparkir di lingkungan yang tenang di Kolombo, yang mana antrian di luar pom bensin biasanya membentang beberapa kilometer. 

“Kalau saya beli bensin 5 liter, saya bongkar 3 liter dan jual ke orang lain,” ucapnya, dilansir dari CNA.

Keuntungan: Akshant telah mendapat untung dari penjualan bahan bakar selama beberapa bulan terakhir. Di SPBU, satu liter bensin berharga sekitar 450 rupee Sri Lanka (Rp 18,748). Terdapat kontainer bensin yang disimpan di rumah Akshant untuk dijual di pasar gelap. Ia menjualnya 2.500-3000 rupee per liter. 

“Pelanggan saya adalah pengendara sepeda motor dan pengemudi tuk tuk. Pemilik kendaraan lain tidak membeli dari saya karena mereka membutuhkan 50-60 liter. Saya tidak bisa memberi mereka sebanyak itu,” tutur Akshant.

Kondisi Sri Lanka: Jutaan orang dihantam krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Sri Lanka. Kas negara kehabisan cadangan devisa dan tidak ada cukup uang untuk impor penting seperti bahan bakar. 

“Kami harus menunggu tiga sampai empat hari untuk mendapatkan bahan bakar dan kami hanya bisa mendapatkan 2.500 rupee setiap kali. Itu tidak cukup. Jadi, beberapa orang akan menurunkan bahan bakar dari kendaraan mereka dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Saya juga sudah mulai melakukannya,” ujar Akshant.

Untuk orang-orang seperti Akshant, kenaikan inflasi dan kekurangan bahan bakar telah menyebabkan peluang ekonomi. Kliennya adalah penduduk lokal yang memiliki cukup uang, tetapi tidak punya waktu untuk mengantri. Mereka rela membayar lebih untuk bahan bakar dengan harga selangit, daripada menghabiskan berhari-hari mengantri dan tidur di jalan. 

Perdagangan bahan bakar ilegal menyebar di ibukota komersial Kolombo dan bagian lain negara itu, yang mana komoditas berharga didistribusikan melalui sistem penjatahan. 

Penjatahan: Semua pengendara wajib mendaftarkan kendaraannya ke pemerintah untuk memperoleh tiket bahan bakar nasional. Setelah diverifikasi, setiap kendaraan akan diberikan kode QR tertentu yang dapat digunakan untuk membeli bahan bakar di SPBU. 

Setiap kode QR dilengkapi dengan kuota mingguan untuk bahan bakar. Jumlahnya berbeda sesuai dengan jenis kendaraan. Misalnya, pengemudi tuk tuk bisa mengisi tangki mereka dengan bahan bakar hingga 5 liter di SPBU setiap minggunya. 

Menurut beberapa pengemudi, sistem kode QR secara ketat membatasi alokasi bahan bakar dan mempersulit penyimpanan untuk penjualan ilegal. Namun, Akshant mengaku masih bisa mengakali kebijakan itu dengan memberi uang tambahan kepada pekerja SPBU agar bisa mendapatkan bensin dengan satu tangki penuh. 

Antri bahan bakar: Pengendara harus menunggu dalam antrian ketika bahan bakar di gudang sedang kosong. “Bisa sehari, dua hari, atau tiga hari. Selama waktu itu, kami harus tetap di dalam mobil, makan makanan kami di sana dan menunggu. Sangat panas. Anda tidak bisa menyalakan AC karena tidak ada bahan bakar,” ujar sopir van turis Frank Joseph Alvis. 

Saat antrian bergerak maju, Alvis akan mendorong vannya alih-alih menyalakan mesin untuk menghemat bahan bakar sebanyak mungkin. 

Seperti banyak pengemudi di Sri Lanka, Alvis tidak mampu membeli bahan bakar mahal yang dijual di pasar gelap dan harus mengantri setiap minggu.

“Ini adalah krisis terburuk. Bahkan selama Perang Saudara, kami tidak memiliki masalah bahan bakar ini,” ucapnya, merujuk pada pemberontakan yang terjadi sesekali terhadap pemerintah dari tahun 1983 hingga 2009.

Baca Juga:

Rumah Presiden Sri Lanka jadi Tempat Wisata di Tengah Krisis Terburuk 

Singapura Minta Presiden Sri Lanka Hengkang Usai 15 Hari 

Presiden Sri Lanka Mengundurkan Diri 

Share: Krisis Ekonomi, Warga Sri Lanka Beli BBM di Pasar Gelap