Eksklusif

Saat Prajurit TNI Gugur Sebelum Bertempur

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/hp.

Pesawat tempur T50i Golden Eagle dari Skuadron Udara 15 TNI AU jatuh saat menjalankan latihan terbang malam (misi night tactical intercept). Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi, pilot pesawat tersebut dinyatakan gugur. Disisi lain, kecelakaan ketika latihan juga pernah dialami TNI AL. Yaitu, saat KRI Nanggala-402 tenggelam pada 2021 lalu. 

Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan, penyebab kecelakaan prajurit TNI AU dan AL itu perlu diselidiki. Apakah kecelakaan itu karena kelalaian (human error), manajemen pemeliharaan, atau masalah komponen kendaraan yang rusak. 

“Kecelakaan penyebabnya berbeda, maka penanganannya berbeda. Tetapi, namanya berkendara itu risikonya selalu ada,” ucapnya kepada Asumsi.co, Selasa (19/7/2022). 

Untuk meminimalisir, kata dia, perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian. Yaitu, memastikan kondisi prima seperti layak terbang atau layak berlayar untuk bertempur, tidak ada kelalaian, hingga selalu mematuhi prosedur pemeriksaan dan pemeliharaan. 

Diketahui, pesawat T50i Golden Eagle merupakan hasil kolaborasi Korea Aerospace Industry (KAI) dengan raksasa pertahanan dunia, Lockheed Martin. Akan tetapi, AU Amerika Serikat (AS) ataupun sayap udara matra darat, matra laut, dan matra marinir Amerika Serikat tidak memakai T50i Golden Eagle. 

Menurut Fahmi, secara global, kecelakaan pesawat T50i tidak banyak. Justru terhitung cukup banyak kecelakaan pesawat T50i di Indonesia. Jika insiden gagal lepas landas pada 10 Agustus 2020 itu tidak dihitung, maka pesawat T50i di Indonesia sudah tiga kali kecelakaan yang sebabkan korban jiwa dan kerusakan fatal.

Bahkan, kecelakaan pada 2015 itu terjadi ketika usia pesawat T50i masih dua tahun (didatangkan pada 2013).

“Secara global, kita cukup banyak kejadian kecelakaan ini. Terhitung sejak 20 tahun lalu sampai sekarang,” tutur Fahmi. 

Rekam jejak kecelakaan itu sudah bisa menjadi dasar mengevaluasi tata kelola di TNI AU. Misalnya, mengevaluasi kelayakan armada yang sudah tua.

“Kalau secara nominal, ya mungkin saya kira TNI AL dan TNI AU, porsinya (anggaran pemeliharaan alutsista) jauh lebih besar daripada TNI AD. Ini menyangkut risiko keselamatan, risiko tinggi,” ucapnya. 

Ia berharap pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pemeliharan dan pembaruan alutsista, sehingga, para prajurit bisa menggunakan armada dengan lebih aman. 

“Jadi, bukan meninggal karena kecelakaan, tetapi kalau pun toh gugur, dia gugur dalam perang,” tutur Fahmi. 

Sektor pertahanan, kata dia, perlu menjadi prioritas bagi pemerintah. Jika mengabaikan sektor pertahanan, maka akan berdampak kepada pembangunan di berbagai sektor lainnya. 

Baca Juga:

Kapal Selam KRI Nanggala-402 Diduga Kuat Tenggelam di Kedalaman 850 Meter 

Pilot Pesawat T-50i Golden Eagle Gugur 

Fakta-fakta Insiden Pesawat T50i Golden Eagle Jatuh di Blora

Share: Saat Prajurit TNI Gugur Sebelum Bertempur