Kesehatan

Mengenal Penyakit Jantung Koroner dan Penanganannya

Joko Panji Sasongko — Asumsi.co

featured image
Pexels

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penyakit
jantung koroner (PJK) menjadi salah satu masalah kesehatan dalam sistem
kardiovaskular yang jumlah kasusnya meningkat dengan cepat. Kini, penyakit
jantung koroner tak hanya dialami oleh orang yang berusia lanjut, tapi sudah
bergeser menyerang kelompok usia produktif.

Seperti dilansir Antara, jantung merupakan organ vital yang berfungsi untuk memompa
darah ke seluruh tubuh agar nutrisi dan oksigen dapat diserap oleh tubuh.
Jantung memiliki pembuluh darah koroner sebagai pembuluh darah utama yang
bertugas mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke organ jantung. Seiring
bertambahnya usia, tingkat elastisitas pembuluh darah koroner akan semakin
menurun akibat plak aterosklerosis.

Adanya plak aterosklerosis ini menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah jantung koroner yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja
jantung. Plak juga dapat timbul akibat timbunan lemak. Kondisi tersebut
biasanya menjadi penyebab utama penyakit jantung yang paling umum terjadi,
yaitu penyakit jantung koroner.

Spesialis Jantung & Pembuluh Darah dr. Yahya Berkahanto
Juwana, Sp.JP (K), Ph.D, FIHA dari Ikatan Dokter Indonesia dalam siaran resmi
yang diterima Sabtu, menjelaskan penyakit jantung koroner adalah gangguan
kesehatan akibat penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri koroner
oleh plak aterosklerosis dari timbunan lemak, kalsium, maupun akibat
degeneratif atau proses penuaan.

Tersumbatnya aliran darah ke otot jantung ini akan
mengakibatkan kerusakan otot-otot jantung yang menyebabkan gangguan pompa
jantung (gagal jantung) dan kematian.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit
jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian
tertinggi di dunia. Pada 2015 saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal
karena penyakit jantung koroner. Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2
juta orang diketahui mengidap penyakit ini pada 2013. Dari jumlah tersebut,
penyakit jantung koroner lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Faktor Risiko

Faktor penyebab penyakit jantung koroner cukup banyak.
Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi,
kolesterol dan trigliserida tinggi, diabetes, kegemukan, kebiasaan merokok,
serta peradangan pada pembuluh darah merupakan faktor utama yang mencederai
dinding arteri. Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah terjadi dan
menyebabkan penebalan atau penyempitan arteri.

Beberapa keadaan atau penyakit lainnya yang merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung koroner meliputi genetik, gaya hidup
sedentari, konsumsi alkohol berlebihan dan stres akibat kesibukan.

Tanda dan gejala

Konsultan Kardiologi Intervensi di RS Pondok Indah
menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit ini. Kurangnya oksigen yang
dialirkan ke otot jantung akibat penyempitan atau sumbatan pembuluh darah
koroner menimbulkan rasa sakit di dada bagian tengah kiri (angina pectoris).

Rasa sakit tersebut biasanya timbul saat beraktivitas dan
berkurang saat beristirahat. Pada penderita berusia lanjut (lebih dari 65
tahun), keluhan nyeri dada ini sering tidak jelas atau tersamarkan, seperti
masuk angin.

Apabila seseorang mulai merasakan nyeri dada, baik ringan
sampai dengan berat, sebaiknya segeralah periksakan diri ke dokter spesialis
jantung dan pembuluh darah. Apalagi jika nyeri ini sudah menjalar ke leher,
rahang, bahu, tangan sisi kiri, punggung, atau perut sisi kiri.

Nyeri dada disebut dengan “angina” dan dapat bertahan selama
beberapa menit. Jika plak belum menyumbat arteri koroner secara menyeluruh,
angina dapat mereda dengan sendirinya.

Keluhan seperti sering berkeringat dingin, mual, muntah,
atau mudah lelah juga menjadi gejala yang perlu diwaspadai. Terlebih jika
ditemukan kondisi irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia). Apabila
tidak ditangani dengan segera, hal ini dapat menyebabkan henti jantung (sudden
cardiac arrest).

Secara umum, gejala serangan jantung dapat disimpulkan
sebagai berikut: rasa tertekan serasa ditimpa beban, sakit, terjepit, dan
terbakar yang menyebabkan sesak di dada dan tercekik di leher, rasa sakit dapat
menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung. Hal itu dapat berlangsung sekitar
15-20 menit dan terjadi secara terus-menerus.

Gejala lainnya adalah timbul keringat dingin, tubuh lemah,
dan jantung berdebar, selanjutnya pingsan. Rasa sakit tersebut dapat berkurang
dengan istirahat, tetapi bertambah berat jika beraktivitas.

Pada penderita diabetes, berdasarkan penelitian dari MiDas
(di Milan Italia, pada 2006), hampir 52 persen penderita PJK tidak mengalami
keluhan nyeri dada atau sering disebut silent ischemia. Meski demikian, deteksi
awal dan penanganan cepat saat serangan jantung terjadi akan memberikan manfaat
pencegahan dari bahaya kematian dan kegagalan pompa jantung di kemudian hari.

Bagi penderita penyakit jantung koroner, serangan jantung
yang tiba-tiba muncul karena pembuluh darah tersumbat dapat menjadi momok yang
cukup mengerikan. Pemasangan stent/ring jantung, disertai dengan perubahan gaya
hidup yang lebih sehat, mampu mengurangi risiko terburuk di masa yang akan
datang. Prosedur ring jantung

Penanganan penyakit jantung koroner umumnya melibatkan
perubahan pola hidup yang dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur
medis. Pemberian obat ini sebaiknya sejalan dengan tindakan revaskularisasi,
baik pemasangan ring jantung (stent) atau operasi bypass pada kondisi penyakit
jantung koroner yang berat, demi mencegah gangguan jantung yang lebih lanjut.

Prosedur pemasangan ring jantung adalah sebuah prosedur yang
dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat
di bagian jantung dengan cara non-invasif atau tanpa bedah dengan menggunakan
anestesi lokal lewat daerah pergelangan tangan ataupun pangkal paha.

Proses yang juga disebut angioplasti koroner ini dilakukan
dengan memasukkan kateter ke bagian arteri yang mengalami penyempitan.
Kemudian, dokter akan mengembangkan balon kecil melalui kateter untuk
melebarkan arteri yang menyempit tersebut, dan memasang ring. Ring terbuat dari
logam yang dapat menyesuaikan dengan tubuh, berbentuk tabung kecil yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk menahan agar pembuluh darah tetap
terbuka.

Dengan kemajuan teknologi, ring dilapisi obat untuk mencegah
penyempitan berulang pada tempat yang sama. Setelah ring terpasang, pembuluh
darah koroner di jantung dapat kembali menerima suplai darah dengan baik dan
memperkecil risiko mengalami serangan jantung pada pembuluh darah yang
bermasalah tersebut.

Pengendalian

Jaga kesehatan jantung dan minimalkan risiko penyakit
jantung koroner dengan melakukan olahraga rutin untuk mempertahankan peredaran
darah yang baik, mengatur pola makan yang sehat dan bergizi seimbang, perbanyak
asupan buah dan sayur, kurangi makanan yang mengandung kolesterol dan garam
berlebih.

Berhenti merokok serta menurunkan berat badan jika
berlebihan juga penting, demikian halnya dengan menekan kadar kolesterol dan
gula darah, mengontrol tekanan darah, mengendalikan stres.

Seseorang juga harus beristirahat secara cukup, sebab
penelitian menunjukkan bahwa kurangnya kualitas dan jam tidur berpengaruh pada
peningkatan risiko terkena penyakit jantung koroner.

Jangan lupa lakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk
mendeteksi faktor risiko apalagi bila punya riwayat keluarga dengan penyakit
jantung.

Baca Juga

Share: Mengenal Penyakit Jantung Koroner dan Penanganannya