Bau asap yang menyengat ketika orang-orang bersuka ria merayakan festival ganja di bawah bintang-bintang. Pesta itu digelar menyusul keputusan kerajaan Thailand melonggarkan undang-undang narkoba.
Festival ganja: Dalam festival yang diselenggarakan oleh kelompok advokasi ganja Highland Network, beberapa ribu peserta bahagia memanfaatkan aturan baru itu.
“Begitu kami berhasil melewati sisi lain, kami bersemangat. Sejak itu orang-orang memberi saya sendi sepanjang sore dan saya tidak bisa memberitahu Anda berapa jumlah yang adil sekarang, tetapi saya telah merokok sepanjang sore,” ujar musisi jazz Amerika, Steve Cannon (62), yang telah tinggal di Bangkok selama 15 tahun terakhir.
Steve datang ke festival itu bersama sekelompok teman. Sekitar 3.000 peserta melakukan perjalanan ke White Sands Beach di provinsi Nakhon Pathom, timur Bangkok, yang mana kios-kios menjajakan segala sesuatu. Mulai dari T-shirt, bong, kuncup ganja, hingga brownies hash.
“Kami telah menunggu saat ini begitu lama,” tutur pemilik apotik gulma Nature Masters, Victor Zheng, dilansir dari France24.
Ia menyarankan kepada pelanggan tentang produknya, termasuk tanah yang diperkaya untuk budidaya, serta kuncup dan bunga untuk konsumsi.
“Anda melihat orang-orang, mereka datang dan mereka sangat bahagia. Bukan hanya kami, pelanggan telah menunggu saat ini,” ucapnya.
Pelanggaran: Aturan baru Thailand soal ganja membuat konsumsi ganja untuk rekreasi menjadi abu-abu, termasuk penggunaan ganja di luar rumah. Kendati demikian, para pelanggar aturan akan tetap dihukum di bawah aturan gangguan publik, bukan undang-undang narkoba.
Pelanggar berpotensi menghadapi denda 25.000 baht ($780), serta hingga tiga bulan penjara. Selain itu, juga ada denda bagi mereka yang memproduksi atau mengonsumsi produk ganja dengan konsentrasi lebih dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol (THC) — senyawa psikoaktif yang menghasilkan obat “tinggi” — tetap ilegal.
Tetapi, ketika ada kehadiran polisi di festival itu, petugas tampak lebih ingin tahu daripada menyensor.
Peserta festival bahagia: Salah satu pemilik festival Arun “Max” Avery (35) mengaku tidak khawatir dengan penerapan undang-undang tersebut dan publisitas di sekitarnya. Menurutnya orang Thailand telah memasak, membuat, dan mengobati dengan ganja jauh sebelum larangan.
“Jadi memiliki tanaman asli mereka kembali ke tangan mereka sungguh menakjubkan. Orang-orang bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan dengannya,” ucapnya.
Orang-orang di festival itu, kata dia, pasti menikmati diri mereka sendiri. Joey, yang hanya memberikan nama depannya, terkikik sambil terengah-engah dan mengobrol dengan teman-temannya, bergoyang lembut.
“Seneng banget. Stres saya lepas. Merokok membuat saya tersenyum,” tuturnya.
Baca Juga:
Thailand Bebaskan Ribuan Napi Kasus Ganja