Isu Terkini

Viral Pelajar MTs Wafat Diduga Imbas Bully di Sekolah

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi Antara

Kasus perundungan atau bullying dalam dunia pendidikan kembali terjadi. BT (13) siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara meninggal diduga menjadi korban perundungan disertai penganiayaan oleh teman sekolahnya. 

Insiden tersebut beredar luas di media sosial dalam beberapa hari ini. Bocah nahas itu diduga dirundung oleh sembilan orang yang merupakan teman satu sekolahnya. 

Awal mula: Informasi dari keluarga yang beredar luas di media sosial menyebut, perundungan disertai penganiayaan itu terjadi pada Rabu (8/6/2022). Kejadian selepas para siswa mengikuti ujian sekolah. 

Mulanya BT akan pergi ke masjid di lingkungan sekolah untuk menunaikan salat zuhur. Namun, tiba-tiba seorang temannya menutupi wajahnya menggunakan sajadah. Di sana diduga BT mengalami sejumlah kekerasan. Para terduga pelaku sampai-sampai mengikat tangan BT. Korban disebut diikat kemudian dipukul para terduga pelaku. 

Kemudian selepas pulang sekolah, BT menceritakan insiden itu kepada orang tuanya. Akibat tindak kekerasan itu, BT sampai-sampai meringis kesakitan karena merasakan sakit di bagian perut. 

Dilarikan ke RS: Karena sakit tak kunjung menghilang, keluarga korban membawa BT ke Rumah Sakit Pobundayan guna menjalani perawatan pada Sabtu (11/6/2022). Korban yang mengalami kelainan usus, kemudian dirujuk ke RSUP Prof RD Kandou, Kota Manado. 

Tak tertolong: Namun sayang, meski sudah mendapat penanganan, nyawa BT tak tertolong akibat insiden tersebut. Pihak rumah sakit kemudian menyatakan BT meninggal dunia pada Minggu (12/6/2022). 

Dari informasi yang dihimpun, Polres Kotamobagu telah memeriksa sembilan orang terduga pelaku perundungan yang menewaskan BT. 

Respons KPAI: Sementara itu pihak Komisi Perlindungan Indonesia (KPAI) mengaku bakal mengawasi kasus tersebut. Kadivwasmonev KPAI, Jasra Putra mengatakan, pihaknya mengaku belum memiliki perwakilan KPAI daerah di wilayah tersebut. 

“Kita lakukan pengawasan,” katanya kepada Asumsi.co, Selasa (14/6/2022). 

KPAI mengaku turut berduka atas meninggalnya korban akibat insiden tersebut. Jasra mendesak agar kepolisian mengusut kasus ini secara tuntas. 

“Kita minta kepolisian untuk melakukan penyelidikan terkait peristiwa tersebut, termasuk dugaan kelalaian satuan pendidikan dalam melindungi anak di lingkungan satuan pendidikan yang harus menjadi tanggung jawab pendidik dan tenaga kependidikan,” tegasnya. 

Seharusnya tak terjadi: Jasra begitu menyesalkan karena peristiwa ini terjadi dalam lingkungan sekolah yang semestinya aman dan nyaman bagi anak-anak dalam memperoleh pendidikan. Namun dalam peristiwa tersebut, justru terjadi sebaliknya. 

“Oleh sebab itu kita meminta Menteri Agama untuk melakukan evaluasi terhadap sekolah tersebut, jika ada kesalahan maka diberikan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundanga,” pinta dia. 

Ada kenaikan tren: KPAI membaca tengah terjadi tren kenaikan angka perundungan di sekolah dewasa ini. Kekerasan bukan hanya terjadi antara murid dengan murid, melainkan juga pendidik dengan muridnya. 

Sejak Januari-Juni 2021 ada lima Kasus perundungan berupa kekerasan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik, yaitu terjadi di Kota Surabaya dan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Buton (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Kota Samarinda (Kalimantan Timur). 

Dari lima kasus tersebut tiga kasus terjadi dijenjang SMP dan dua kasus di jenjang SD. Adapun pelaku adalah empat guru, yaitu dua guru olahraga dan dua guru kelas, sedangkan satu kasus adalah kekerasan lima anak (kakak senior) terhadap dua adik kelasnya.

“Adapun sejumlah alasan mengapa guru mendisiplinkan dengan kekerasan yaitu, peserta didik ribut saat di kelas, siswa tidak mengembalikan buku cetak yang dipinjamkan sekolah, dan siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru, serta siswi tidak ikut pembelajaran daring selama setahun dan tidak punya seragam sekolah karena sudah kekecilan, kemudian diminta keluar kelas dan sempat di-bully kawan-kawan di kelasnya,” tulis Retno Listyarti, Komisioner KPAI. 

Bukan hanya kekerasan fisik, Retno membeber bahwa kekerasan psikis juga menimpa anak-anak di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Bantul (DIY), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Bekasi (Jawa Barat). Kekerasan psikis ini berupa anak-anak yang mengalami ketakutan atau rasa malu karena orang tua belum mampu melunasi tagihan sekolah, sehingga anak-anaknya mengalami perlakuan diskriminasi dan perundungan.

Baca Juga:

Marak Cyberbullying, Bagaimana Dampak dan Pencegahannya? 

Ibu Pembuang Bayi ke Sumur di Jember Dibully Karena Tak Beri ASI 

Hukuman Juliari Ringan Karena Bully, Salah Masyarakat?

Share: Viral Pelajar MTs Wafat Diduga Imbas Bully di Sekolah