Bos raksasa perusahaan mesin pencarian Rusia Yandex, Arkady Volozh mundur dari jabatannya sebagai CEO di perusahaan tersebut pada Jumat (5/6/2022).
Alasan: Keputusannya mundurnya Arkady Volozh setelah baru-baru ini dirinya masuk ke dalam daftar individu yang mendapatkan sanksi dari Uni Eropa lantaran diklaim mendukung Rusia dalam invasinya ke Ukraina.
Uni Eropa menuduh salah satu pendiri Yandex itu mendukung Rusia “secara materi atau finansial” untuk menggempur Ukraina sejak 24 Februari lalu.
Salah arah: Volozh mengatakan bahwa keputusan itu “salah arah.” Dia menambahkan bahwa sejak sanksi Uni Eropa kepadanya diberlakukan, dia mengalihkan hak suaranya ke dewan perusahaan.
Yandex sendiri tidak terkena sanksi Uni Eropa. Perusahaan meyakini bahwa kepergian Volozh tidak akan mempengaruhi operasi, posisi keuangan atau hubungan dengan mitranya.
“Dewan terus berfungsi seperti biasa. Yandex memiliki tim manajemen yang kuat dan mendalam yang ditempatkan dengan baik untuk membawa perusahaan ke level baru dengan dukungan berkelanjutan dari Dewan,” katanya dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, Jumat (5/6/2022).
Saham Yandex yang terdaftar di Moskow turun 6 persen atau 1.496 rubel ($23,43) pada Jumat kemarin.
Bukan hanya CEO: Sebelumnya pada Maret lalu, Wakil CEO Yandex, Tigran Khudaverdyan telah mundur setelah mendapat sanksi dari UE, bersama dengan kepala eksekutif Yandex Elena Bunina.
Mengutip The Moscow Times, Yandex yang berkantor pusat di Belanda adalah mesin pencari Rusia terbesar, mewakili lebih dari 60 persen pencarian internet negara itu pada kuartal keempat tahun 2021. Dalam beberapa tahun terakhir ini, perusahaan itu telah berdiri pada garis kompromi yang halus dengan Kremlin.
Tuduhan ke Yandex: Tetapi setelah invasi Rusia ke Ukraina, Yandex dituduh menekan sumber berita independen dalam hasil pencariannya karena Kremlin menekan informasi yang berkaitan dengan perang yang bertentangan dengan narasinya sendiri. Bulan lalu raksasa teknologi itu mengumumkan akan menjual berita digital dan produk blognya kepada sesama konglomerat internet VK.
Raksasa teknologi ini telah mendiversifikasi produknya dalam beberapa tahun terakhir, menawarkan e-commerce, taksi daring, pengiriman makanan cepat saji, dan layanan lainnya. Pada tahun 2021, Yandex memperoleh sekitar 356 miliar rubel — sekitar $4,77 miliar dengan kurs bulan Desember.
Baca Juga: