Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan untuk mewaspadai kasus Monkeypox (cacar monyet). Kini kasus cacar monyet menginfeksi seorang pelaku perjalanan dari Inggris ke Nigeria dan kemudian kembali ke Inggris pada Sabtu (7/5/2022).
Pelacakan cacar monyet: WHO mengungkap penularan cacar monyet masih bisa terkontrol. Terlebih Inggris segera mengisolasi pasien dan segera melakukan pelacakan kontak.
Namun, karena sumber infeksi di Nigeria tidak diketahui, tetap ada risiko penularan yang berkelanjutan di negara ini.
“Setiap penyakit selama perjalanan atau setelah kembali dari daerah endemik harus dilaporkan ke profesional kesehatan, termasuk informasi tentang semua riwayat perjalanan dan imunisasi baru-baru ini,” demikian pernyataan yang dilansir dari laman WHO.
Saran: WHO meminta penduduk dan pelancong ke negara-negara endemik seperti Afrika Tengah atau Afrika Barat harus menghindari kontak dengan hewan sakit baik mati atau yang masih hidup.
Sebab, hewan sakit dicurigai sedang menampung virus monkeypox (tikus, marsupial, primata). WHO juga mengingatkan untuk harus menahan diri dari makan atau menangani hewan buruan. WHO mengimbau pentingnya kebersihan tangan menggunakan sabun, air, hingga pembersih berbasis alkohol.
“Vaksin dan pengobatan khusus baru-baru ini disetujui untuk cacar monyet, masing-masing pada 2019 dan 2022, tindakan pencegahan ini belum tersedia secara luas,” ucapnya.
Pejabat kesehatan tidak memiliki banyak petunjuk terkait penularan cacar monyet itu. Dikhawatirkan, virus menyebar melalui komunitas dan mungkin melalui rute penularan baru.
“[Wabah] ini langka dan tidak biasa,” ujar Ahli epidemiologi Susan Hopkins,
Susan yang juga menjabat Kepala Penasihat Medis Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait loasi dan bagaimana warganya bisa terinfeksi cacar monyet.
Gejala cacar monyet: Cacar monyet sebabkan demam, nyeri tubuh, pembesaran kelenjar getah bening, hingga akhirnya “cacar”, atau lepuh berisi cairan yang menyakitkan di wajah, tangan, dan kaki.
Salah satu varian cacar monyet cukup mematikan dan membunuh hingga 10% orang yang terinfeksi. Varian saat ini di Inggris lebih ringan. Tingkat kematiannya kurang dari 1%. Kasus cacar monyet biasanya selesai dalam dua sampai empat minggu.
Cara penularan: Penularan dari orang ke orang tidak umum, karena memerlukan kontak dekat dengan cairan tubuh, seperti air liur dari batuk atau nanah dari lesi. Namun, sebanyak 7 dari 8 kasus di Inggris tidak melibatkan perjalanan baru-baru ini ke Afrika. Mereka terinfeksi virus cacar monyet ketika berada di Inggris. Selain itu, mereka belum melakukan kontak dengan satu pasien yang diketahui telah melakukan perjalanan ke Nigeria.
“Diduga ini adalah penyebaran samar dari kasus impor,” ujar ahli virologi Angie Rasmussen dari Vaccine and Infectious Disease Organization di Twitter.
Selain itu, ada bukti virus dapat menyebar melalui rute baru, yaitu kontak seksual.
“Yang lebih aneh lagi adalah menemukan kasus yang tampaknya tertular melalui kontak seksual. Ini adalah rute penularan baru yang akan berimplikasi pada respons dan pengendalian wabah,” tutur ahli epidemiologi Mateo Prochazka di UKHSA.
Laporan kasus: Dilansir dari NPR, wabah cacar monyet terdeteksi di Inggris, Portugal, dan Spanyol. Bahkan, kasus cacar monyet juga telah dilaporkan ada di Amerika Serikat (AS).
Pasien cacar monyet dari AS belum lama ini bepergian ke negara-negara Afrika Tengah dan Afrika Barat. Namun, juga telah mengunjungi Kanada.
Baca Juga:
Covid-19 di Korut Bisa Lahirkan Varian Baru