Kehancuran TerraUSD, salah satu stablecoin terbesar di dunia, berhembus melalui pasar mata uang kripto pada Kamis (12/5/2022). Ini mendorong stablecoin utama lainnya, Tether di bawah patokan dolarnya dan mengirim bitcoin ke posisi terendah dalam 16 bulan terakhir.
Mata uang kripto telah tersapu dalam aksi jual aset-aset berisiko yang telah meningkat seminggu belakangan ini. Apalagi, data menunjukkan inflasi Amerika Serikat (AS) semakin panas. Imbasnya, memperdalam kekhawatiran investor tentang dampak ekonomi dari pengetatan bank sentral yang agresif.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap, aksi jual telah membawa nilai pasar gabungan dari semua mata uang kripto menjadi 1,2 triliun dolar AS, kurang dari setengahnya pada November 2021 lalu.
Tether, stablecoin yang didukung cadangan semestinya dipatok 1:1 terhadap dolar AS, saat ini turun ke level 95 sen di awal sesi global. Tether terakhir kali berada di 99 sen.
Belum berdampak sistemik: Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, stablecoin seperti Tether dan TerraUSD belum menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan.
“Saya tidak akan menggolongkannya pada skala ini sebagai ancaman nyata terhadap stabilitas keuangan, tetapi mereka tumbuh sangat cepat dan mereka menghadirkan jenis risiko yang sama yang telah kita ketahui selama berabad-abad sehubungan dengan rush bank,” ucapnya di Sidang Komite Jasa Keuangan DPR AS, dilansir dari Antara.
Harta kripto turun: Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, mencapai level terendah 25.401,05 dolar AS pada Kamis (12/5/2022) sejak 28 Desember 2020 lalu. Terakhir turun 0,9 % pada 28.751 dolar AS.
Dalam delapan sesi terakhir, Bitcoin telah kehilangan lebih dari seperempat nilainya, atau sekitar 10.700 dolar AS. Bitcoin jatuh 37 % sepanjang tahun ini dan diperdagangkan jauh di bawah puncak 69.000 dolar AS yang dicapai pada November 2021.
Berdasarkan data Refinitiv, korelasi Bitcoin dengan komposit Nasdaq telah meningkat baru-baru ini. Saat ini sudah mendekati level tertinggi sepanjang masa. Komposit Nasdaq telah jatuh sekitar 8,0 % sejauh bulan ini.
Ether, mata uang kripto terbesar kedua di dunia, jatuh ke level terendah sejak Juni 2021 dan tenggelam ke level 1.700 dolar AS.
Tidak seperti aksi jual pasar keuangan sebelumnya, ketika mata uang kripto sebagian besar tidak tersentuh, tekanan jual terbaru dalam mata uang digital telah membantah klaim penyimpan nilai yang dapat diandalkan di tengah volatilitas pasar.
Stablecoin TerraUSD: Stablecoin TerraUSD telah dilanda gejolak dan mematahkan patoknya terhadap dolar AS, yang menyebabkannya jatuh serendah 31 sen pada Rabu (11/5/2022). Pada Kamis (12/5/2022), TerraUSD diperdagangkan sekitar 38 sen.
“Sayangnya, dampak dari situasi ini melampaui kerugian material yang diderita oleh investor. De-pegging kemungkinan akan menghasilkan risiko regulasi yang substansial – jika bukan untuk seluruh ruang kripto, maka tentu saja untuk pasar stablecoin,” ujar chief operating officer di dana lindung nilai aset kripto ARK36, Anto Paroian.
Stablecoin adalah token digital yang dipatok dengan nilai aset tradisional, seperti dolar AS. Akan tetapi, TerraUSD adalah stablecoin algoritmik, atau “terdesentralisasi”. Maka, semestinya TerraUSD dapat mempertahankan patok dolarnya melalui mekanisme kompleks yang melibatkan menukarnya dengan token mengambang bebas lainnya.
Baca Juga:
FBI Tuduh Hacker Korut Curi Kripto Senilai Ratusan Juta Dolar AS