Bisnis

Pangeran Arab Saudi Tolak Tawaran Rp589 Triliun dari Elon Musk Untuk Beli Twitter

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/REUTERS/Mike Blake/am

Pangeran Al-Waleed bin Talal menolak penawaran Elon Musk
sekitar US$41 miliar (sekitar Rp589 triliun) untuk Twitter. Selaku salah satu
pemegang saham terbesar Twitter, Pangeran Alwaleed mengumumkan penolakan itu
melalui di akun Twitter pribadi-nya @ Alwaleed_Talal.

“Saya tidak percaya bahwa tawaran yang telah diajukan
oleh @elonmusk (US$54,20) mendekati nilai intrinsik dari Twitter jika melihat
prospek pertumbuhannya. Menjadi salah satu pemegang saham terbesar untuk Twitter
dalam jangka panjang, Kingdom Holding Co. & saya menolak tawaran ini,”
ucapnya.

Sindiran Kebebasan Berpendapat: Menanggapi hal itu, Elon
Musk menyindir rekam jejak hak kebebasan berpendapat di Arab Saudi.

“Menarik. Hanya dua pertanyaan, jika diperbolehkan.
Seberapa besar kepemilikan Kerajaan (Arab Saudi) terhadap Twitter, langsung
maupun tidak langsung? Apa pandangan dari Kerajaan terhadap hak kebebasan
berpendapat pada jurnalis?,” ujar Musk membalas penolakan Alwaleed, Jumat
(15/4/2022).

Menurut Musk, Twitter berpotensi menjadi platform kebebasan
berpendapat di seluruh dunia. “Saya percaya kebebasan berbicara adalah
keharusan sosial untuk demokrasi yang berfungsi. Penawaran saya adalah
penawaran terbaik dan terakhir dari saya. Jika tidak diterima, saya perlu
mempertimbangkan kembali posisi saya sebagai pemegang saham,” tulis Musk dalam
sebuah surat kepada Ketua Twitter Bret Taylor.

Hingga saat ini, terpantau Alwaleed belum membalas
pertanyaan Elon Musk itu.

Diketahui, Pangeran Alwaleed bin Talal Al Saud merupakan
petinggi Kingdom Holding Company (KHC), perusahaan besar yang membeli saham
Twitter pada 2011 lalu.

Dilansir dari Reuters, Kepala Komisi Tinggi HAM PBB Michelle
Bachelet menuntut Kerajaan Arab Saudi menegakkan kebebasan berpendapat bagi
rakyatnya pada Sabtu (27/2/2021). Apalagi, banyak warga di Arab Saudi ditahan
secara tidak sah.

Kasus Pembunuhan Khashoggi: Bahkan, Kerajaan Arab Saudi
terlibat skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 lalu. Khashoggi
merupakan kolumnis media Washington Post dan pengkritik Pangeran Arab Saudi.
Khashoggi terlihat terakhir kali di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki,
pada 2 Oktober 2018.

Dilansir dari Antara, seorang penyidik hak asasi manusia
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan, ada bukti Putra Mahkota Arab Saudi
Pangeran Mohamed bin Salman dan pejabat-pejabat senior lainnya bertanggung
jawab atas kasus pembunuhan Khashoggi.

Baca Juga

Share: Pangeran Arab Saudi Tolak Tawaran Rp589 Triliun dari Elon Musk Untuk Beli Twitter