Amerika Serikat mengancam akan memboikot sejumlah pertemuan G20 apabila pejabat Rusia muncul dalam forum tersebut. Kalimat itu dilontarkan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen dalam acara dengar pendapat bersama pendapat Komite Layanan Keuangan Parlemen AS, Rabu (5/4/2022).
Kemauan Amerika: Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menyesalkan sikap AS ini. Dia melihat laku negeri Paman Sam itu terhadap Indonesia seolah sama dengan Ukraina saat diserang oleh Rusia. Padahal, kata dia, Indonesia sebelumnya telah menuruti kemauan AS dan sekutunya untuk berhadapan dengan Rusia.
Indonesia telah menjadi co-sponsor di mana AS menjadi sponsor utama atas Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengutuk serangan Rusia.
“Tentu Indonesia layak dihukum oleh AS dan sekutunya bila suara Indonesia abstain, bahkan menentang Resolusi PBB yang mengutuk Rusia,” papar Hikmahanto kepada Asumsi, Kamis (7/4/2022).
Pindahkan medan perang: Hikmahanto melihat sikap Amerika itu seolah tidak berempati dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah G20. Apalagi Indonesia telah melakukan berbagai persiapan, bahkan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di tingkat teknis untuk membahas terobosan bagi tumbuhnya perekonomian dunia.
“Semua ini dimatikan karena medan perang antara Rusia dengan AS dan sekutunya telah dipindahkan dari Ukraina ke Indonesia,” tekannya.
Hikmahanto memandang, apa yang dilakukan AS terhadap Indonesia seakan memindahkan palagan dari Ukraina ke Indonesia.
“Jangan pindahkan konflik dengan Rusia ke Forum G20. Tidak seharusnya pernyataan akan hadir atau tidak disampaikan pada saat ini dan digantungkan pada syarat hadir tidaknya Rusia. Biarkan semua mengalir pada saatnya,” ucapnya.
Hikmahanto mengatakan, tidak seharusnya ego AS dan sekutunya terhadap Rusia dilampiaskan ke Indonesia yang sudah berani mengutuk Rusia atas serangannya. Di sisi lain, Indonesia berisiko kehilangan sahabatnya dan dimasukkan dalam katagori negara-negara yang tidak bersahabat oleh Rusia.
Indonesia enggan ditekan: Menurut Hikmahanto Indonesia tidak ingin ditekan terkait undangan untuk Rusia untuk hadir di G20 Bali . Kemudian, dia mengungkap harapan Indonesia adalah supaya AS dan sekutunya terus mendukung Indonesia sebagai Presiden dan tuan rumah yang baik dalam pelaksanaan G20 Bali.
“Indonesia tidak ingin masalah geopolitik di Eropa berimbas pada pembahasan perekonomian dunia di masa mendatang. Terlebih dijadikan medan untuk melanjutkan upaya menjatuhkan Putin sebagai Presiden Rusia,” tandasnya.
Bentuk tekanan: Sementara menurut pakar Hubungan Internasional Evi Fitriani, sikap unilateral AS dengan mengancam tak akan hadir dalam sejumlah forum G20 merupakan bentuk tekanan terhadap Indonesia.
“Ini tekanan terhadap Indonesia dan G20,” tegas Evi saat dihubungi Asumsi.co, Kamis malam (7/4/2022).
Evi menjelaskan bahwa keputusan dalam G20 diambil secara konsensus. Artinya Indonesia tidak bisa secara sepihak memutuskan tidak mengundang negara anggota G20 sebagaimana kehendak AS.
“China, dan beberapa negara lain kemungkinan besar tidak setuju dengan AS. Jadi konsensus tentang ini tidak akan tercapai. Artinya, ancaman AS tersebut memecah belah G20,” tegas dia.
Jika AS kukuh tak menghadiri sejumlah forum G20 mendatang, Evi memandang bukan tidak mungkin jika forum negara dengan nilai GDP terbesar ini akan bubar.
Baca Juga:
PM Australia Sindir Niat Putin Ingin Datang ke G20 Bali
Amerika Ancam Boikot G20 Bali jika Rusia Datang
Alasan Maudy Ayunda Jadi Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia