Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X berharap para orang tua membangun kepedulian bersama dalam mencegah kasus kejahatan jalanan yang hingga saat ini masih terjadi.
“Memang kami tidak bisa kalau masyarakatnya sendiri, orang tuanya sendiri tidak bisa mengendalikan anaknya. Kami bisanya ‘kan hanya punya harapan,” ujar Ngarsa Dalem, sapaan akrab Sultan HB X, Senin (4/4/2022), dikutip dari Antara.
Kesadaran orang tua: Menurut Ngarsa Dalem, perlu kesadaran orang tua untuk mengatasi permasalahan klitih yang rata-rata pelakunya masih remaja. Pemerintah provinsi (Pemprov) DIY, kata dia, sulit menerapkan aturan yang bersifat memaksa untuk mengatasi kejahatan jalanan ini.
“Kalau kami melakukan sesuatu yang sifatnya pemaksaan ‘kan juga nanti melanggar hukum,” tutur Ngarsa Dalem sapaan Sultan HB X.
Upaya tangani klitih: Ia mengklaim telah melakukan berbagai upaya pembinaan terhadap para pelaku klitih. Khususnya, para pelaku yang masih di bawah umur. Namun, berbagai upaya pembinaan menghadapi tantangan di lapangan.
Pemprov DIY juga telah menyusun program pembinaan anak bawah umur yang berhadapan dengan hukum dan berstatus diversi pada 2021 lalu. Ini khususnya terkait dengan dengan kasus kejahatan jalanan.
“Ya, sekarang hal seperti itu dimungkinkan atau tidak? Kami lagi cari cantelan aturannya. Soalnya kalau tidak ada cantelannya ‘kan tidak bisa, mau bikin pergub (peraturan gubernur) pun enggak bisa,” ucapnya.
Ia meminta para pelaku klitih yang menewaskan seorang pelajar pada Minggu (3/4/2022) dini hari diproses hukum. Bahkan, jika pelakunya masih anak di bawah umur.
“Kalau itu menurut saya pelanggaran hukum, bukan klitih. Itu kenakalan anak saja tetapi sudah terlalu jauh,” tuturnya.
Kronologi : Sebelumnya, Daffa Adziin Albasith meninggal dunia setelah terkena sabetan benda tajam dari pelaku pelaku jalanan di Gedongkuning, Kota Yogyakarta, Minggu (3/4/2022) dini hari. Anak anggota DPRD Kebumen Madkhan Anis ini menjadi korban klitih ketika keluar untuk sahur.
Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, korban bersama rekannya sempat saling kejar dengan pelaku, karena dipicu ketersinggungan.
“Ini terjadi karena ada permasalahan pada dini hari dan (mereka) masih pelajar,” ucapnya. Kejahatan jalanan itu berawal dari korban bersama enam temannya mampir ke sebuah warung makan pukul 02.10 WIB.”Sebagian (kelompok korban) ada yang memesan makanan dan sebagian besar belum sempat menyandarkan motornya,” ucapnya.
Saat itu, sebanyak lima orang melintas di depan warung. Mereka memainkan gas dua sepeda motor yang ditumpanginya (Bleyer). “Nah hal inilah yang menjadi pemicu, karena membleyer, kelompok korban ini akhirnya berusaha mengejar kelompok pelaku ke arah utara di Jalan Gedongkuning,” tutur Ade.
Dengan mengendarai empat sepeda motor, korban bersama beberapa rekannya mengejar lima orang pelaku itu. Setelah dikejar, para pelaku justru berbalik arah dan berhenti untuk menyabetkan benda tajam yang diduga gir hingga menimpa muka korban.
“Korban berada di motor kedua, posisi dibonceng di belakang karena yang memboncengkan berhasil mengelak kena ke muka korban sehingga korban mengalami luka di mukanya,” ujar Ade.
Baca Juga:
Seorang Pelajar Tewas Akibat Klitih di Yogyakarta
Asal Nama Klitih Hingga Dikaitkan dengan Geng Meresahkan di Yogyakarta
Eksitensi Klitih, Antara Faktor Perilaku Hingga Pencarian Jati Diri