Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pandemi Covid-19
dan endemi, hanya berbeda nama. Sementara itu, virusnya masih tetap ada.
Penjelasan: “Kalau
buat saya pribadi ya, sebagai orang yang di kesehatannya baru. Endemi sama
pandemi hanya beda nama. Tapi penyakitnya tetap ada, virusnya tetap ada,”
kata Budi Gunadi dikutip Antara,
Kamis (17/3/2022).
Gunadi melanjutkan, penularan Covid-19 juga diperkirakan
akan tetap terjadi, meski derajat keparahannya lebih rendah dibandingkan saat
pandemi.
Menurutnya, fase endemi akan tercapai jika masyarakat sudah
memahami mengenai risiko penyakitnya. Lalu, masyarakat sudah melakukan protokol
kesehatan secara sadar tanpa dipaksa pemerintah.
Persiapkan skenario:
Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo telah meminta mempersiapkan skenario, untuk
mengubah pandemi Covid-19 menjadi endemi.
Seluruh fase pandemi di dunia, kata Gunadi, pada akhirnya
selalu menjadi endemi. Hanya saja, membutuhkan persiapan. Ia menilai, jika merujuk
sejarah pandemi di dunia, selalu membutuhkan banyak faktor pertimbangan untuk
mengubah menjadi endemi.
“Enggak pernah faktor kesehatan saja. Ada faktor sosial,
politik, ekonomi, budaya yang menjadi pertimbangan baik seorang pimpinan negara
maupun dunia mengubah itu menjadi pandemi sebagai endemi,” kata dia.
Saran epidemiolog:
Sementara itu, ia menuturkan sesuai masukan para epidemiolog, laju penularan
atau reproduction rate (Rt) harus
ditekan di bawah 1 persen, dalam rentang tiga hingga enam bulan. Lalu, cakupan
vaksinasi dua dosis minimal mencapai 70 persen dari populasi.
“Kalau itu sudah terjadi, nah itu dari sisi kesehatan
sudah masuk kondisi yang relatif aman, kalau misalnya nanti mau di-declair sebagai endemi,” kata dia.
Meski demikian, perlu diperhatikan juga bahwa organisasi
kesehatan dunia (WHO) hingga kini, belum menyatakan situasi saat ini sebagai
endemi.
“Walaupun di negara lain seperti Inggris, Denmark itu
mengurangi protokol kesehatannya, tapi mereka secara resmi belum declair ini sebagai endemi,” tutup Gunadi.
(rfq)