Isu Terkini

Ambon Jadi Kota Musik Dunia? Sulit Tapi Bukan Tidak Mungkin

Kiki Esa Perdana — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Pariwisata memilih Ambon sebagai kota musik dunia pada 2019. Ibu kota provinsi Maluku ini akan diajukan ke UNESCO untuk dijadikan sebagai salah satu kota musik yang diakui dunia.

Untuk Ambon sendiri, komitmen mereka untuk  menjadi kota musik memang sudah lama, karena ternyata sejak 2011, pemerintah Kota Ambon sudah mencanangkan Ambon sebagai City of Music. Jadi memang, persiapan di internal sudah jauh-jauh hari dilakukan.

Untuk Promosi Indonesia Timur

Seorang turis mancanegara memperhatikan perahu ‘belang’ yang melintas di perairan pulau Banda Neira, Maluku. Foto: Antara

Asesor kota musik dari Bekraf, Dina Dellyana, menyebut, pencanangan Ambon sebagai kota musik sendiri adalah untuk mempromosikan Indonesia bagian timur

“Salah satu alasan utama dengan dibentuknya kota musik adalah untuk UNESCO. Alasan lainnya adalah untuk promosi Indonesia Timur”, kata Dina ketika dihubungi melalui sambungan telepon pada 28 Maret lalu.

Menurutnya, salah satu harapan besarnya adalah agar “musisi Ambon bisa lebih mandiri dan dikenal”.

5 Unsur Pembangunan Kota Musik

Jazz in the Park di Kota Ghent, Belgia. Foto: Visit.Ghent.Be

Untuk menjadi kota musik bukanlah sebuah hal yang sederhana. Akan tetapi juga bukan hal yang tidak mungkin. Ada lima unsur pembangunan kota musik yang diperhatikan, yaitu:

  1. Sisi musisi dan komunitas
  2. Infrastruktur dan fasilitas
  3. Proses pendidikan
  4. Pengembangan industri
  5. Nilai sosial dan budaya

Kelima aspek inilah yang harus dipenuhi oleh pemerintah kota Ambon agar diakui sebagai kota musik dunia oleh UNESCO.

Kota yang Memiliki Potensi

Grup band Jamrud saat mengadakan konser ‘Soundsation 100 Kota 1 Bahasa’ di Ambon pada 25 Maret 2018. Foto: Antara

Ambon, kota yang peringatannya jatuh sejak 7 September 1575, adalah sebuah kota yang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk dijadikan kota musik oleh UNESCO. Tidak banyak yang tahu bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Ambon ternyata adalah daerah dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia yang selaras dengan pariwisatanya.

Selain itu, Ambon sudah terbiasa dengan festival yang bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Maluku kepada nasional maupun internasional, seperti Festival Teluk Ambon yang diadakan setiap akhir september, Pesta Rakyat Banda yang mana adalah sebuah festival sejarah dan keindahan Pulau Banda, Festival Budaya Banda, Festival Pattimurra, dan Festival Musik Jalur Rempah dan masih banyak festival lainnya.

Sebagai bahan perbandingan, salah satu kota musik dunia, Ghent di Belgia, dalam monitoring report yang dikeluarkan pada 2016 menyatakan, bahwa mereka menjadi kota musik dan diangkat oleh UNESCO dikarenakan beberapa hal, di antaranya yang penting adalah banyaknya festival di Ghent yang berfokus pada musik, penggunaan tempat bersejarah untuk acara musik, beragam inisiatif hadir dalam pendidikan musik, dan tingginya tingkat partisipasi dalam kehidupan musik di Ghent.

Musisi Berprestasi Asal Ambon

Musisi asal Ambon, Glenn Fredly, saat mengunjungi Kota Ambon dalam vlognya. Foto: Screenshot dari YouTube

Pada September 2017 lalu, ada 23 musisi berdarah Maluku yang menerima penghargaan atas dedikasi bermusik dari Ambon Music Office (AMO). Mereka di antaranya adalah:

  • Bob Tutupoly
  • Enteng Tanamal
  • Benny Likumahwa
  • Ruth Sahanaya
  • Harvey Malaiholo
  • Rido Slank
  • Glenn Fredly
  • Daniel Sahuleka

Selain itu juga diberikan penghargaan kepada ahli waris keluarga musisi seperti Broery Pesulima dan Barce Van Haouten. Sedangkan Bob Tutupoly menyatakan kebanggaan karena telah menerima penghargaan dari kota tempat kelahiran, sebagai apresiasi atas dedikasi yang telah diberikan selama ini.

“Penghargaan yang kami terima ini diharapkan dapat memacu diri para musisi muda di Ambon untuk terus berkarya, melalui setiap jalur yang telah disiapkan, dengan kualitas yang ditunjukkan pasti akan mendapat respon posisitf,” kata Bob kepada Antara.

Ambon Berbenah

Warga kepulauan Banda menyaksikan perlombaan dayung perahu ‘belang’. Foto: Antara

Dengan melihat hal-hal di atas, proses untuk menjadi kota musik memang tidaklah mudah. UNESCO memiliki banyak persyaratan untuk melihat apakah kota itu layak dicanangkan sebagai kota musik dunia atau tidak.

Namun pemerintah Indonesia kali ini tampak sangat serius dan tertarik untuk menegaskan bahwa Ambon akan menjadi kota musik dunia dengan menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Permusikan dalam program legislasi nasional (Prolegnas) periode 2015-2019 dan pengiriman tenaga ahli dari Bekraf untuk membantu mewujudkan hal tersebut.

Kesungguhan pemerintah Ambon sendiri pun sangat baik dan patut diacungi jempol. Berbagai perubahan baik dalam skala kecil hingga besar dilakukan, mulai dari pembenahan ekosistem, beberapa di antaranya adalah:

  • Dibukanya Pusat Kajian Musik Islam di Institut Agama Islam Negeri Ambon (IAIN Ambon) yang dibuka langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
  • Dicanangkannya muatan lokal musik di sekolah-sekolah di kota Ambon dengan dikeluarkannya Peraturan Wali Kota (Perwali) tentang penerapan seni musik dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah sekota Ambon
  • Koordinasi dengan hampir seluruh restoran, hotel, dan kafe di kota Ambon untuk menyediakan live music

Pada akhirnya, setiap kota musik yang ada di dunia memiliki strateginya masing-masing untuk mewujudkan kota musik yang berkesinambungan untuk masyarakat kotanya.

Setelah Bologna (Italia), Seville (Spanyol), Glasgow (Skotlandia), dan Ghent (Belgia), akankah Ambon menjadi kota musik selanjutnya dan menjadi kota musik pertama di Asia Tenggara?

Share: Ambon Jadi Kota Musik Dunia? Sulit Tapi Bukan Tidak Mungkin