Indonesia dan Uni Eropa resmi menandai babak baru dalam proses penyelesaian perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dengan dilakukannya penandatanganan dan pertukaran surat (exchange of letters) sebagai simbol kesepakatan politik tingkat tinggi.
Penandatanganan surat tersebut dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, dan Komisioner Perdagangan Komisi Eropa, Maroš Šefčovič. Acara ini diawali dengan pertemuan tête-à-tête yang dilanjutkan dengan pertukaran surat, menandai komitmen konkret kedua pihak dalam mempercepat penyelesaian perundingan yang telah berlangsung sejak 2016.
Dalam surat yang dipertukarkan, kedua pihak menyampaikan apresiasi atas capaian perundingan sejauh ini serta tekad bersama untuk menyelesaikan seluruh isu substansial secara seimbang dan saling menguntungkan. Penyerahan surat ini menjadi simbol kuat dari keseriusan Indonesia dan Uni Eropa dalam menyelesaikan perundingan IEU-CEPA agar dapat ditandatangani pada tahun 2025.
“Saya menyampaikan apresiasi atas komitmen berkelanjutan dan keterlibatan konstruktif dari Uni Eropa. Dukungan Komisioner Maroš dan Tim Perunding kedua negara sangat berarti dalam seluruh proses perundingan IEU-CEPA,” ujar Menko Airlangga dalam keterangannya.
Senada dengan itu, Komisioner Maroš menyebut kesepakatan ini sebagai capaian politik paling penting sejak dimulainya perundingan. “Kami berdedikasi untuk memperkuat hubungan dengan kawasan Asia Tenggara, dan IEU-CEPA menjadi instrumen kunci untuk itu,” ujarnya.
IEU-CEPA diproyeksikan akan menghapuskan tarif pada sekitar 80% pos tarif, membuka peluang besar untuk peningkatan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Uni Eropa. Indonesia, dengan lebih dari 285 juta penduduk, dan Uni Eropa, dengan lebih dari 400 juta penduduk, akan membentuk kemitraan ekonomi yang saling melengkapi dan strategis.
Tonggak penting ini diumumkan secara resmi dalam pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels pada hari yang sama. Dalam konferensi pers bersama, keduanya menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat kemitraan strategis dan menyelesaikan perundingan IEU-CEPA dalam waktu dekat.
“Perjanjian ini juga akan membantu memperkuat rantai pasok bahan baku kritis yang penting bagi industri teknologi bersih dan baja Eropa. Saya kini menantikan penyelesaian perjanjian ini secara cepat,” ungkap Presiden von der Leyen.
Presiden Prabowo pun menyampaikan apresiasinya kepada seluruh tim perunding yang telah menyelesaikan isu-isu krusial yang selama ini menjadi tantangan.
“Saya juga sangat senang melihat para menteri dan komisioner dari kedua belah pihak berhasil mencapai, yang saya sebut, terobosan strategis. Saat ini, tidak ada lagi isu utama yang menjadi perbedaan antara Uni Eropa dan Indonesia dan itu adalah sesuatu yang luar biasa,” ungkap Presiden Prabowo.
Proses perundingan IEU-CEPA sendiri telah berlangsung selama hampir satu dekade, mencakup 19 putaran formal serta berbagai pertemuan antar-sesi. Dari pihak Indonesia, koordinasi teknis dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan.
Turut hadir dalam pertemuan bilateral ini antara lain Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Bilateral Irwan Sinaga, serta perwakilan dari Kementerian Luar Negeri dan Chief Negotiator Uni Eropa Fabien Gehl.