Internasional

Beda dengan Assad, Pemimpin Oposisi Suriah Memastikan Tidak Akan Perangi Israel

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmad al-Sharaa alias Abu Mohammed al-Julani/X @Abu_Orwa91

Kelompok pemberontak Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memimpin penggulingan rezim Bashar al-Assad, memastikan bahwa mereka tidak akan memerangi Israel kendati sebagian wilayah mereka kini diduduki negara itu.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita TV Suriah, pemimpin HTS, Ahmad al-Sharaa, yang lebih dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Julani, mengatakan pihaknya tidak tengah mencari konflik dengan entitas negara Yahudi itu.

“Kami tidak sedang dalam proses terlibat dalam konflik dengan Israel,” ujar al-Sharaa, pada Sabtu (14/12/2024), seperti dikutip melalui i24News.

Sebab itu, pihaknya meminta Israel menghentikan serangannya yang telah dilancarkan sejak tumbangnya rezim Assad pada Minggu (8/12/2024) pekan lalu. Menurut al-Sharaa, Israel tidak memiliki alasan lagi untuk melancarkan serangan udara di Suriah.

Dia menambahkan bahwa serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) baru-baru ini di wilayah Suriah telah melewati garis merah (kelewat batas) dan mengancam akan menyebabkan eskalasi yang tidak berdasar di kawasan tersebut.

Sharaa mengatakan bahwa Suriah telah kelelahan akibat perang saudara bertahun-tahun, dan pada tahap ini tidak akan terlibat dalam konflik yang dapat menyebabkan kehancuran lebih lanjut, dengan prioritas utama adalah rekonstruksi dan stabilitas.

Komandan pemberontak itu menambahkan bahwa keberadaan Iran di Suriah telah menimbulkan bahaya besar, baik bagi Suriah sendiri, negara-negara tetangga, maupun kawasan Teluk. Sebab itu rezim yang bakal mereka bangun telah menyongkel pengaruh Iran di wilayah Suriah.

“Kami berhasil mengakhiri kehadiran Iran di Suriah, tetapi kami bukan musuh rakyat Iran,” katanya.

Dalam wawancara yang mencakup berbagai topik, Sharaa menyebutkan beberapa isu yang harus segera ditangani pemerintah barunya dalam mengelola Suriah pascaperang. Dia menekankan pentingnya meninggalkan mentalitas revolusioner yang telah mendorong para pemberontak, serta perlunya membangun institusi modern, menjamin supremasi hukum, dan menghormati hak-hak semua warga Suriah.

Sharaa juga menyampaikan kritik tajam terhadap rezim Assad yang korup, dengan mengatakan bahwa rezim tersebut mengelola Suriah seperti sebuah ladang, mengeksploitasi dan mengambil sumber dayanya untuk memperkaya diri sendiri. Dia menambahkan bahwa dalam periode mendatang, dokumen-dokumen akan diterbitkan untuk membuktikan sejauh mana pencurian besar-besaran yang dilakukan keluarga Assad selama lebih dari setengah abad.

Berlawanan dengan Sikap Assad

Sikap Saraa ini berlawanan dengan Assad selama memimpin Suriah. Israel dan Suriah tidak memiliki hubungan diplomatik dan secara resmi telah berada dalam keadaan perang sejak Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1948.

Suriah adalah salah satu dari sejumlah negara Arab yang menyerang negara Yahudi yang baru lahir itu, dan meskipun ada perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada tahun 1949 yang menandai perbatasan antara kedua negara, Suriah tidak pernah secara resmi mengakui keberadaan Israel.

Suriah juga menyerang Israel selama Perang Enam Hari 1967, sebelum IDF menggempur pasukan Suriah dan merebut Dataran Tinggi Golan, yang kemudian dianeksasi Israel secara sepihak. Suriah menyerang lagi pada tahun 1973 selama Perang Yom Kippur dan dipukul mundur, setelah itu perjanjian pelepasan diri tahun 1974 ditandatangani antara kedua negara, yang menandai zona demiliterisasi di perbatasan Israel-Suriah (buffer zone).

Sebelumnya, selama minggu ini, Israel meluncurkan operasi besar untuk menghancurkan kemampuan militer strategis Suriah, termasuk lokasi senjata kimia, rudal, pertahanan udara, target angkatan udara, dan angkatan laut. Upaya itu guna faksi-faksi bermusuhan dengan Israel di Suriah mendapatkan akses ke fasilitas tersebut.

Dalam langkah yang menuai beberapa kecaman internasional, Israel juga memasuki zona penyangga alias buffer zone yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Dataran Tinggi Golan hanya beberapa jam setelah pemberontak yang dipimpin oleh HTS merebut Damaskus. Israel menyatakan bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam konflik di Suriah dan bahwa penguasaan sementara zona penyangga yang dibentuk pada tahun 1974 itu adalah tindakan defensif hingga keamanan di sepanjang perbatasan dapat dijamin.

Baca Juga:

Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) Bungkam Soal Bombardir Israel terhadap Suriah

37 WNI Dievakuasi dari Suriah, Tiba di Jakarta Hari Ini

Rezim Assad di Suriah Tumbang

Share: Beda dengan Assad, Pemimpin Oposisi Suriah Memastikan Tidak Akan Perangi Israel