Lebih dari 130 perempuan di negara bagian Al-Jazirah, Sudan memilih untuk melakukan bunuh diri massal demi menghindari pemerkosaan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF), lawan dari Angkatan Bersenjata Sudan, dalam perang sipil yang melanda negara itu.
Hal ini diungkapkan Pendiri dan Presiden Darfur Women Action Group, Niemat Ahmadi kepada Dewan Keamanan PBB, baru-baru ini.
“Laporan mengejutkan bahwa lebih dari 130 wanita melakukan bunuh diri massal sebagai pelarian dari kekerasan seksual lebih lanjut,” demikian tulis laporan PBB melalui laman resminya, dikutip pada Kamis (14/11/2024).
Dilansir melalui TRT World, laporan PBB yang mengutip Kementerian Kesehatan Al Jazirah mengatakan sedikitnya 27 wanita berusia antara enam hingga 60 tahun telah diperkosa atau dilecehkan di negara bagian itu.
“Kasus-kasus ini hanyalah sebagian kecil dari kekerasan seksual yang meluas yang terjadi,” kata laporan PBB.
Seorang wanita bernama Maria, ibu dari dua anak, mengatakan bahwa RSF menganiaya, memukuli, sampai menodongkan senjata kepada para perempuan.
Laporan PBB juga mengutip seorang gadis yang tidak disebutkan namanya di sebuah kamp pengungsi yang mengatakan bahwa dia telah diberikan pilihan yang menakutkan.
“Kerabat laki-laki saya, termasuk saudara laki-laki, paman, dan ayah, memberikan kami pisau dan memberi tahu kami untuk mengakhiri hidup kami sendiri jika terancam diperkosa oleh para pejuang bersenjata,” katanya.
Rilis PBB itu juga menyebutkan bahwa wanita melaporkan melihat wanita lain melompat ke dalam sungai untuk menghindari disalahgunakan oleh pria bersenjata.
“Para penyintas kekerasan seksual melarikan diri dan bersembunyi karena keluarga mereka mengancam akan mengakhiri hidup mereka untuk menghapus aib,” kata PBB.
Sebagai informasi, setidaknya 124 warga sipil telah dibunuh di negara bagian Al Jazirah tengah sejak 20 Oktober dan 135.000 lainnya telah melarikan diri ke negara bagian lain, kata Dana Kependudukan PBB, yang mengkhususkan diri dalam kesehatan wanita dan anak-anak.
“Dari orang-orang yang melarikan diri, 3.200 adalah wanita hamil,” tambahnya.
Konflik di Sudan mempertemukan angkatan bersenjata reguler, di bawah Abdel Fattah al Burhan, melawan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter, yang dipimpin oleh mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo.
Organisasi Internasional untuk Migrasi melaporkan perang ini telah menyebabkan kematian puluhan ribu orang sejak pecah pada April 2023 dan mengungsi lebih dari 11 juta orang.
Baca Juga:
Laporan PBB: 70 Persen Korban Jiwa Serangan Israel di Gaza Merupakan Perempuan dan Anak-anak
Malaysia Susun Resolusi Buat Congkel Israel dari Keanggotaan PBB
PBB: Serangan Israel Sebabkan Pembangunan Palestina Mundur 70 Tahun