Surat kabar ternama Israel, Haaretz menerbitkan editorial yang menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan militer Israel melakukan operasi pembersihan etnis di Gaza utara, Minggu (10/11/2024).
Laporan itu mengutip koresponden militer surat kabar tersebut, yang setelah mengunjungi Gaza utara bersama pasukan Israel minggu lalu, menyimpulkan bahwa wilayah tersebut tampak seperti telah dilanda “bencana alam”.
Editorial itu menekankan bahwa kehancuran tersebut merupakan tindakan penghancuran manusia yang direncanakan sebelumnya.
Seorang perwira senior, yang diidentifikasi oleh Guardian, surat kabar Inggris, sebagai Brigadir Jenderal Itzik Cohen, komandan Divisi ke-162, mengatakan kepada wartawan bahwa: “Tugas saya adalah menciptakan lingkungan yang steril, memindahkan penduduk demi perlindungan, agar tercipta kebebasan bertindak bagi pasukan kita.”
Ketika ditanya apakah militer melaksanakan ‘Rencana Jenderal’, yang mencakup pembersihan etnis di wilayah tersebut dan membunuh warga Palestina yang tersisa, perwira tersebut menyangkal mengetahui hal itu. Dia bersikeras bahwa tentara bertindak atas instruksi Komando Selatan [militer Israel] dan kepala staf.
Ia menambahkan bahwa divisinya telah mengarahkan bantuan kemanusiaan dari “zona yang dibersihkan” di Gaza utara ke selatan. Pasukan Israel telah melarang masuknya makanan, air, dan obat-obatan ke Gaza utara sejak melancarkan serangan besar baru di wilayah tersebut, termasuk di Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, pada awal Oktober.
Dilansir melalui Middle East Eye, Komite Peninjauan Kelaparan (FRC) yang independen memperingatkan pada hari Sabtu bahwa ada kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di beberapa wilayah di Gaza utara.
Kepala Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Phillipe Lazzarini menuduh Israel menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk melawan penduduk Gaza, dengan menegaskan bahwa kelaparan yang mengancam adalah “buatan manusia.”
Haaretz menyalahkan Netanyahu sepenuhnya atas apa yang terjadi di wilayah tersebut. “Penting untuk menyebut sesuatu dengan namanya,” tulis Haaretz, yang menyoroti bahwa pengusiran paksa penduduk Gaza utara dilakukan di bawah arahan komandannya, yang tunduk pada arahan kepemimpinan politik, yakni Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Haaretz, salah satu surat kabar terkemuka di Israel, telah lama dikenal sebagai sumber informasi yang mendalam dan analisis kritis mengenai isu-isu politik, sosial, dan budaya, baik di dalam negeri maupun di kawasan Timur Tengah. Didirikan pada tahun 1918, surat kabar ini awalnya diterbitkan dalam bahasa Yiddish sebelum beralih ke bahasa Ibrani dan Inggris, menjadikannya aksesibel bagi berbagai kalangan pembaca.
Sebagai suara progresif dan liberal, Haaretz menempatkan fokus pada hak asasi manusia, demokrasi, dan upaya perdamaian. Surat kabar ini tidak hanya menyajikan berita, tetapi juga menawarkan kolom opini dan editorial yang beragam, mencakup pandangan dari berbagai perspektif politik. Hal ini menjadikannya platform yang kaya untuk diskusi dan debat publik.
Di era digital, Haaretz telah memperluas jangkauannya dengan menyediakan platform online yang menyajikan berita terkini, analisis mendalam, dan artikel-artikel yang menggugah pemikiran. Reputasinya sebagai sumber berita yang kritis dan analitis menjadikan Haaretz sebagai salah satu referensi penting, baik di Israel maupun di luar negeri, bagi mereka yang mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika yang terjadi di kawasan tersebut.
Baca Juga:
Arya Sinulingga Bantah Kabar PSSI Belum Layangkan Protes ke AFC
Laporan PBB: 70 Persen Korban Jiwa Serangan Israel di Gaza Merupakan Perempuan dan Anak-anak
Malaysia Susun Resolusi Buat Congkel Israel dari Keanggotaan PBB