Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung mengenai banyak ‘matahari’ dalam politik. Matahari dalam politik merujuk kepada simbol seorang pemimpin.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu bilang, jika di suatu negara banyak mataharinya atau pemimpinnya, maka negara akan kacau. Hal sama juga terjadi di level partai politik (parpol).
“Akan kacau dalam sebuah negara, dalam sebuah, termasuk di partai politik kalau mataharinya banyak, bisa dibayangkan, makin panas, karena matahari satu sudah panas, lalu ada dua, ada tiga, bagaimana?” ujar SBY di Jakarta, Senin (9/9/2024).
Mula-mula SBY menyinggung ihwal dirinya yang sudah jarang bertandang ke Kantor DPP Demokrat di Jakarta. Menurut dia hal itu menunjukkan bahwa dirinya sudah berlepas tangan terhadap detail urusan di partai yang kini dipimpin anaknya itu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Ini membuktikan bahwa ketika saya mengatakan ‘saya sekarang tidak lagi menangani politik sehari-hari, day to day politics‘, saya pegang kata-kata saya, meskipun hati saya masih di rumah besar ini,” katanya.
Dia kemudian berbicara mengenai sistem Tata Surya yang memiliki satu matahari. Begitu pun di Demokrat yang hanya dipimpin oleh seorang pemimpin tertinggi, yakni AHY.
Jika tidak demikian, maka menurut SBY situasi di Tata Surya maupun di partainya akan kacau.
“Di alam ini hanya ada satu matahari, tidak ada lagi. Sama dengan Partai Demokrat yang kita cintai, hanya ada satu matahari, yaitu ketua umum kita,” ujarnya.
Baca Juga:
SBY Dikabarkan Bakal Nyayi dan Melukis di Festival Musik Pestapora
Profil Agus Yudhoyono, Putra SBY yang Ditunjuk Jadi Menteri ATR/BPN
Jokowi Bertemu SBY di Istana Bogor, Sinyal Reshuffle Kabinet?