Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuding pandemi COVID-19 hingga kondisi perekonomian global yang membuat banyak kelas menengah Indonesia turun kasta. Jokowi bilang bahwa fenomena itu bukan hanya melanda Indonesia, melainkan di banyak negara lain jua.
Jokowi mengatakan, pandemi COVID-19 telah menghantam banyak negara di dunia selama kurang lebih dua hingga tiga tahun. Belum lagi hantaman ekonomi global yang secara simultan mengalami kemerosotan.
“Karena ekonomi global turun semuanya, ada COVID-19 dua sampai tiga tahun lalu mempengaruhi. Semua negara saat ini berada pada kesulitan yang sama,” ujar Jokowi kepada awak media di Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Seperti diketahui, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan sebanyak 8,5 juta penduduk yang tergolong kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan kelas selama enam tahun terakhir.
Dalam laporan Indonesia Economic Outlook Triwulan III/2024 yang diterbitkan lembaga itu, mereka mengklasifikasi kelas menengah sebagai penduduk yang memiliki peluang kurang dari 10 persen menjadi miskin atau rentan di masa depan berdasarkan konsumsi mereka saat ini. Dari sana, lembaga itu menarik jumlah kelas menengah di Indonesia berdasarkan garis kemiskinan tingkat kabupaten/kota.
Dari kalkulasi mereka, kelas menengah di Indonesia sempat mengalami peningkatan pada kurun 2014-2018, sebelum kemudian amblas sejak 2018 hingga saat ini. Sebelum 2014 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 21 juta atau 15,6 persen dari total penduduk Indonesia kala itu.
Kemudian jumlahnya menanjak ke angka 60 juta jiwa atau 23 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Baru selepas 2018, angkanya merosot. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk kelas menengah hanya mencakup 52 juta jiwa pada 2023 atau sekitar 18,8 persen dari total populasi.
“Sejak saat itu, penduduk kelas menengah mengalami penurunan hingga lebih dari 8,5 juta jiwa,” demikian bunyi laporan LPEM FEB UI, seperti dikutip pada Jumat (9/8/2024).
Proporsi jumlah kelas menengah yang tinggi dibutuhkan demi menjadikan Indonesia negara yang tergolong maju. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sendiri menyatakan jika Indonesia ingin mencapai status negara berpenghasilan tinggi, maka jumlah kelas menengah harus ditingkatkan menjadi 70 persen dari total populasi Indonesia pada 2045.
Baca Juga:
Jutaan Kelas Menengah Indonesia Amblas
Kelas Pekerja, Partai Buruh Serukan Berangkat ke Istana untuk Lawan Tapera
Kelas Menengah Cenderung Lebih Rentan pada Gangguan Informasi