Internasional

Perdana Menteri Bangladesh Mundur, Kabur ke India

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Mantan PM Bangladesh, Sheikh Hasina/X @qHZ4aaZxWd32422

Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri dari jabatannya dan bergegas meninggalkan negaranya usai berminggu-minggu terjadi demonstrasi mematikan di negara itu. Dalam pidatonya pada Senin (5/8/2024), Panglima Angkatan Darat Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan bahwa negara itu akan dijalankan oleh pemerintahan sementara pascahengkangnya Hasina.

Seorang ajudan Hasina mengatakan, perdana menteri yang memerintah Bangladesh selama hampir dua dekade itu menaiki helikopter militer pada Senin, ketika massa dalam jumlah besar mengabaikan jam malam nasional untuk menyerbu istananya di Dhaka. Laporan media di India menyebutkan sebuah pesawat yang membawa Hasina mendarat di Pangkalan Udara Hindon dekat New Delhi. India Today  menyebut Hasina berada di dalam pesawat Angkatan Udara Bangladesh yang mendarat di pangkalan di Ghaziabad.

Dilansir dari Al Jazeera, pengunduran diri Hasina terjadi setelah hampir 300 orang tewas dalam beberapa minggu protes yang mendapat balasan represif dari pihak berwenang. Malam kekerasan mematikan pada hari Minggu kemarin, menewaskan hampir 100 orang. Buntutnya pemerintah setempat memberlakukan jam malam.

Pada Senin, massa dalam jumlah besar menyerbu istana perdana menteri, menghalangi Hasina untuk menyampaikan pidato. Setidaknya 20 orang lagi tewas dalam kekerasan di Dhaka ketika pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung.

“Ada 20 jenazah di sini,” kata inspektur polisi Bacchu Mia di Rumah Sakit Dhaka Medical College.

Meskipun terjadi kekerasan, pada sore hari, suasana di jalanan berubah menjadi perayaan setelah berita kepergian perdana menteri menyebar.

Massa yang bergembira mengibarkan bendera, beberapa menari di atas tank di jalanan, sebelum ribuan orang menerobos gerbang kediaman resmi Hasina. Channel 24 Bangladesh menyiarkan gambar kerumunan orang berlarian ke dalam kompleks, melambai ke kamera saat mereka merayakannya, menjarah perabotan dan buku sementara yang lain bersantai di tempat tidur.

Bangladesh telah mengalami pemerintahan militer selama bertahun-tahun pada 1970-an dan 80-an, setelah perang yang mengamankan kemerdekaannya dari Pakistan pada 1971. Banyak yang khawatir akan bahaya terulangnya kembali konflik tersebut.

Militer Bentuk Pemerintahan Sementara

Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan dalam siaran televisi pemerintah bahwa militer akan membentuk pemerintahan sementara. “Negara ini sangat menderita, perekonomian terpukul, banyak orang terbunuh – ini saatnya menghentikan kekerasan,” kata Waker, tak lama setelah massa yang bergembira menyerbu dan menjarah kediaman resmi Hasina.

Waker-Uz-Zaman sangat ingin mencoba meyakinkan negaranya dengan mendesak warga untuk tetap percaya pada tentara. Menurutnya tentara akan mengembalikan perdamaian di Bangladesh.

“Kami juga akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk setiap kematian dan kejahatan yang terjadi selama protes,” katanya, menyerukan masyarakat untuk bersabar dan menghentikan segala tindakan kekerasan dan vandalisme.

“Kami telah mengundang perwakilan dari semua partai politik besar, dan mereka telah menerima undangan kami dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan kami,” tambah jenderal tersebut.

Militer mempunyai “pekerjaan yang sangat berat di masa depan,” kata Irene Khan, pelapor khusus PBB.

“Kami semua berharap transisi ini akan berjalan damai dan akan ada akuntabilitas atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi,” kata Khan kepada Al Jazeera.

Share: Perdana Menteri Bangladesh Mundur, Kabur ke India