Panitia penyelenggara Olimpiade Paris 2024 meminta maaf kepada umat Katolik dan kelompok Kristen lainnya atas upacara pembukaan gelaran tersebut. Pasalnya pembukaan Olimpiade Paris 2024 menampilkan adegan yang mengingatkan pada lukisan Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci dengan waria serta model transgender sebagai pemerannya.
Lukisan Perjamuan Terakhir merujuk pada kisah dalam catatan Injil. Perjamuan ini dibagikan Yesus kepada para rasulnya di Yerusalem sebelum penyaliban-Nya. Perjamuan Terakhir diperingati oleh umat Kristiani terutama pada hari Kamis Putih.
“Parodi adegan alkitabiah, yang ditampilkan dengan latar belakang Sungai Seine, dimaksudkan untuk menafsirkan Dionysus dan meningkatkan kesadaran “akan absurditas kekerasan antar manusia,” tulis penyelenggara melalui akun X, seperti dikutip melalui The Guardian, Senin (29/7/2024).
Panitia terpaksa meminta maaf setelah pertunjukan tersebut menimbulkan kemarahan di kalangan umat Katolik, kelompok Kristen, dan politisi konservatif di seluruh dunia.
“Yang jelas tidak pernah ada niat untuk menunjukkan rasa tidak hormat kepada kelompok agama mana pun. [Upacara pembukaan] mencoba merayakan toleransi masyarakat,” kata Juru Bicara Olimpiade Paris 2024, Anne Descamps.
“Kami yakin ambisi ini tercapai. Jika ada orang yang tersinggung, kami benar-benar minta maaf,” tambahnya.
Prancis memiliki warisan Katolik yang kaya namun juga memiliki tradisi panjang sekularisme dan anti-klerikalisme. Penodaan agama adalah hal yang legal dan dianggap oleh banyak orang sebagai pilar penting kebebasan berpendapat.
Gereja Katolik di Prancis mengatakan mereka menyesalkan upacara yang mencakup adegan cemoohan dan ejekan terhadap agama Kristen. Delegasi para uskup Perancis untuk Olimpiade tersebut, Monsinyur Emmanuel Gobilliard mengatakan beberapa atlet Perancis mengalami kesulitan tidur karena dampak dari kontroversi tersebut.
Pejabat Katolik tertinggi di Malta dan pejabat kantor doktrinal Vatikan, Uskup Agung Charles Scicluna mengatakan dia telah menghubungi duta besar Prancis untuk Valletta guna menyampaikan keluhan tentang penghinaan yang tidak beralasan tersebut.
Konferensi Waligereja Italia mengatakan bahwa apa yang seharusnya menjadi perayaan budaya Prancis justru berubah menjadi negatif. Thomas Jolly, direktur artistik di balik upacara pembukaan itu, mengatakan subversi agama tidak pernah menjadi niatnya. “Kami ingin berbicara tentang keberagaman. Keberagaman berarti kebersamaan. Kami ingin melibatkan semua orang, sesederhana itu,” ujar Jolly pada akhir pekan kemarin.