Paus Fransiskus meyakini anak muda selalu menjadi pembawa pesan universal dan memberikan solusi bagi kehidupan bermasyarakat. Hal ini berangkat dari pengalamannya saat krisis di Argentina pada 2001. Pengalaman inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Scholas Occurrentes, wadah dialog orang muda yang inklusif di bawah pengawasan Vatican.
Hingga saat ini, Scholas Occurrentes telah bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional dan organisasi pendidikan di lima benua. Mereka mempertemukan kaum muda secara inklusif dan menetapkan aksi bersama untuk mengimplementasikan nilai-nilai universal dalam hidup bermasyarakat.
Bertepatan dengan kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September mendatang, 5P Global Movement, inisiatif global yang didirikan oleh pengusaha dan filantropi Arsjad Rasjid bersama Paus Fransiskus, mengajak Scholas Occurrentes datang ke Indonesia.
“Kami ingin kaum muda Indonesia merasakan pengalaman yang sama, seperti yang dialami negara lain. Karena itu, kami mengundang Scholas Occurrentes bertepatan dengan kunjungan Paus ke Indonesia. Orang muda Indonesia memiliki potensi untuk mengubah lingkungan dan dunia sekitar,” ujar Co-Founder dan Chair 5P Global Movement, Arsjad Rasjid melalui keterangannya, seperti dikutip pada Minggu (28/7/2024).
Menilik cikal bakal Scholas Occurrentes, wadah dialog budaya orang muda itu berawal dari Argentina. Sebagai Uskup Agung di Buenos Aires kala itu, Jorge Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, mengumpulkan sekelompok anak muda dari berbagai latar belakang agama dan sosial politik.
Tujuannya adalah berbagi pengalaman, mengidentifikasi masalah, menemukan solusi, dan melakukan aksi nyata. Setelah terpilih sebagai Paus, wadah dialog budaya anak muda tersebut terus berjalan di Argentina. Hingga pada 2013, Paus kembali bertemu dengan anak muda dari program tersebut dan mendengarkan perkembangan serta berbagai pencapaian positif.
Paus meminta agar kaum muda di dunia bisa merasakan pengalaman yang sama dengan orang muda di Argentina. Karena itu, Scholas Occurrentes hadir untuk menjangkau lebih banyak kaum muda dari berbagai belahan dunia.
World President Scholas Occurrentes, José María del Corral mengatakan, Scholas berangkat dari budaya dan agama yang berbeda-beda, dan selalu mengedepankan pertemuan kultural yang inklusif melalui pendidikan.
Menurut dia, spirit inklusif tersebut juga inspirasi yang selalu dibawa Paus Fransiskus dalam setiap kunjungan dan menjadi alasan kuat bagi Scholas hadir di Indonesia.
Pasalnya, Indonesia telah memiliki kultur yang kuat tentang bagaimana caranya menghargai perbedaan, yang tentu saja sesuai dengan misi Scholas.
“Kami yakin, dengan dialog dan pendampingan kaum muda yang sudah kami lakukan pada lebih dari 70 negara dapat menjadi bagian dari warisan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia,” katanya.
Dia menambahkan, pihaknya juga belajar dari kultur, masyarakat, dan tentu saja orang muda di Indonesia. Karena itu, perjumpaan dua kultur ini, baik dari Scholas maupun Indonesia, akan sangat membantu melahirkan sebuah rekomendasi untuk kaum muda sesuai kondisi aktual saat ini.