Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengunjungi China guna membahas penghentian invasi Rusia dan upaya perdamaian berkelanjutan, Selasa (22/7/2024). Kunjungan Kuleba di negara Tirai Bambu itu dijadwalkan bakal berlangsung selama dua hari untuk membujuk Beijing supaya mengurangi dukungannya terhadap Rusia.
Dilansir dari Al Jazeera, sebagai sekutu dekat Moskow secara politik dan ekonomi, Beijing menyangkal bahwa pihaknya mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Namun, China juga tidak mengutuk perang tersebut dan menolak untuk bergabung dalam konferensi perdamaian internasional yang dipimpin Ukraina.
Beijing mengonfirmasi rencana pembicaraan dengan pejabat Ukraina tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan kunjungan Kuleba diprakarsai oleh Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Tahun lalu, Beijing merilis sebuah makalah yang menyerukan “penyelesaian politik” terhadap konflik tersebut.
Namun, Ukraina menolak usulan tersebut dan negara-negara Barat memperingatkan bahwa solusi yang disarankan dapat memungkinkan Rusia untuk mempertahankan sebagian besar wilayah yang telah mereka rebut di Ukraina.
Selama kunjungannya ke Beijing pada bulan Mei, Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan persetujuannya terhadap rencana China, dan menyebutnya sebagai “keinginan tulus” untuk mengakhiri perang. Bulan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian di Swiss untuk memaparkan visinya bagi perdamaian abadi.
KTT tersebut dihadiri sekitar 100 delegasi dari berbagai negara dan badan internasional, meskipun Rusia tidak diundang. Beijing menolak hadir sebagai bentuk protes, sehingga memicu tuduhan dari Zelenskyy bahwa China bekerja sama dengan Rusia untuk merusak acara tersebut. China mengatakan bahwa semua upaya untuk mendukung langkah-langkah perdamaian harus diakui.
Kyiv dan Moskow telah meningkatkan serangan rudal dan drone lintas batas yang fatal selama beberapa bulan terakhir dan kedua belah pihak terutama menargetkan infrastruktur energi.
Rusia hampir setiap hari mengeluarkan pengumuman tentang intersepsi drone Ukraina yang menurut Kyiv merupakan balasan terhadap serangan Rusia yang ditujukan pada sasaran militer dan sipil sejak Moskow melancarkan operasi militer khusus pada Februari 2022.