Internasional

Petugas Saudi Disebut Diminta Bunuh Warga yang Tolak Penggusuran untuk Proyek Neom

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Pembangunan Kota Neom/Portal Neom

Petugas keamanan Arab Saudi diperintahkan menggunakan kekuatan mematikan untuk membunuh orang-orang yang menolak penggusuran demi pembukaan lahan bagi mega proyek Kota Neom dan pembangunan di wilayah Qatif.

Rabih Alenezi, seorang mantan petugas keamanan Saudi berpangkat kolonel yang kabur dari negaranya, mengatakan dia diperintahkan untuk mengusir anggota suku Howeitat di provinsi Tabuk, barat laut  Arab Saudi pada tahun 2020.  Alenezi  mengatakan, pihaknya juga diperintahkan untuk membunuh siapa saja yang melawan penggusuran.

Pemerintah Saudi dituduh menggusur secara paksa anggota suku Howeitat, yang telah tinggal selama berabad-abad di Tabuk, untuk memberi jalan bagi kota senilai $500 miliar tersebut.

Alenezi mengatakan, dirinya mangkir dari misi di Tabuk dengan berpura-pura sakit, namun misi tersebut tetap berjalan dan mengakibatkan kematian Abdul Rahim al-Huwaiti, seorang aktivis suku yang menolak meninggalkan rumahnya.

Berbicara kepada Middle East Monitor (MEE), Alenezi mengatakan dia mengetahui adanya “perintah pembunuhan” yang termuat dalam perangkat lunak intelijen internal Arab Saudi pada Januari 2020.

“Saya belajar keamanan di AS, di Phoenix. Saya diajari bahwa kita tidak menggunakan alat yang buruk, kita tidak membunuh orang, kecuali ada keperluan… kecuali ada bahaya yang ekstrem,” kata Alenezi pada Kamis (9/5/2024).

“Dalam kasus suku Howeitat, mereka bukanlah penjahat. Mengapa [Putra Mahkota Mohammed bin Salman] tidak meminta kami untuk bernegosiasi dengan mereka?” katanya menambahkan.

Alenezi mengatakan bahwa perintah tersebut juga digunakan di Awamiya, sebuah kota di wilayah Qatif timur, yang merupakan rumah bagi banyak minoritas Syiah di Arab Saudi.

Pada tahun 2016, kerajaan mengumumkan rencana untuk menghancurkan dan membangun kembali lingkungan al-Musawara di Awamiya.

Setahun kemudian, beberapa orang tewas setelah dilaporkan terjadi baku tembak antara pasukan Saudi dan anggota bersenjata minoritas Syiah.

Alenezi mengatakan bahwa “perintah untuk membunuh” dikeluarkan di wilayah tersebut, dan digunakan terhadap para pemimpin protes yang tidak bersenjata. “Teman-teman saya di intelijen yang pergi ke al-Qatif… mereka mengatakan mereka menerima perintah untuk menggunakan kekuatan mematikan,” katanya.

“Demonstrasi dipadamkan dengan peluru karet dan gas air mata. Sedangkan bagi para pemimpin demonstrasi atau mereka yang melawan dan menolak meninggalkan lingkungan yang direncanakan untuk dibongkar, kekuatan mematikan digunakan untuk melawan mereka,” sambung Alenezi.

Pada saat itu, para aktivis mengatakan bahwa pasukan keamanan Saudi membunuh beberapa warga sipil di daerah berpenduduk al-Musawara, termasuk seorang anak berusia tiga tahun.

Memata-matai Penduduk Lokal

Alenezi mengatakan dia diperintahkan untuk memata-matai warga Syiah Saudi di Qatif dan memantau aktivitas mereka, namun ia juga mangkir dari misi tersebut dengan menyatakan bahwa ia telah merencanakan liburan.

“Saya tidak bisa menolak dan bilang tidak mau pergi. Kalau saya bilang bisa saja saya dibunuh. Jadi saya menolak dengan berbohong kepada mereka,” ujarnya.

Alenezi mengatakan ada beberapa ancaman terhadap nyawanya sejak dia mencari suaka di London tahun lalu. Pada bulan Maret 2023, ketika Menteri Dalam Negeri Saudi Pangeran Abdulaziz bin Saud bertemu dengan Suella Braverman, Menteri Dalam Negeri Inggris saat itu, dia menerima telepon yang mengundangnya ke kedutaan Saudi di London untuk bertemu dengan menteri tersebut.

Dia mengatakan panggilan tersebut dilakukan melalui aplikasi pesan terenkripsi Telegram, dan berasal dari mantan temannya di dinas intelijen Saudi.

Ancaman terhadap Nyawa

Pria itu mengatakan Alenezi akan ditawari $5 juta atau Rp80 miliar untuk menghadiri pertemuan tersebut. Akan tetapi mantan kolonel itu menolak.

“Mungkin mereka mencoba membunuh saya, atau mungkin mereka mencoba menyuap saya,” katanya.

“Saya lebih memilih hidup sebagai orang miskin daripada kaya jika uangnya berasal dari orang jahat,” ujarnya.

Dia mengatakan dia telah menerima ancaman melalui media sosial dan diikuti oleh seorang pria Saudi beberapa bulan lalu di London barat.

“Awalnya dia mencoba berbicara dengan saya dan menasihati saya. Saya bilang ‘terima kasih, sampai jumpa’ lalu dia mengikuti saya,” kata Alenezi.

Dia memberi tahu Polisi Metropolitan London tentang ancaman fisik dan media sosial, dan sejak itu telah diberitahu oleh pihak berwenang Inggris untuk mengambil berbagai tindakan pencegahan.

Share: Petugas Saudi Disebut Diminta Bunuh Warga yang Tolak Penggusuran untuk Proyek Neom