Starbucks di Timur Tengah (Timteng) memberhentikan ribuan karyawannya buntut seruan boikot terhadap waralaba itu di wilayah tersebut. Sekitar 2.000 karyawan Starbucks di sana terkena pemecatan menyusul boikot terhadap merek itu akibat dituding mendukung Israel dalam pertikaian antara Israel-Hamas.
Pemilik waralaba Starbucks wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah (MENA) yang berbasis di Kuwait, Alshaya Group melaporkan bahwa keputusan mereka untuk merumahkan setidaknya 10 persen karyawan akibat iklim bisnis yang terjal sejak pecahnya pertikaian Israel-Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang sangat menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di toko Starbucks di wilayah tersebut,” kata Alshaya Group kepada Associated Press, seperti dikutip lewat CBS News.
Alshaya mengoperasikan sekitar 1.900 toko Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Starbucks adalah salah satu dari sejumlah merek Barat yang mendapat kritik dari aktivis pro-Palestina sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober . McDonald’s juga menghadapi kampanye boikot dari kelompok pro-Palestina dan pro-Israel atas pandangan mereka terhadap konflik tersebut, sementara para aktivis juga menargetkan Burger King, KFC dan Pizza Hut, serta jaringan lainnya.
Melalui situs resminya, Starbucks menegaskan bahwa desas-desus yang mengatakan pihaknya secara finansial mendukung pemerintah Israel dan militernya merupakan kebohongan.
Melansir News Week, Starbucks menghadapi serangkaian kemunduran dalam satu tahun terakhir akibat boikot dan pemogokan. Bukan hanya itu, perusahaan itu juga mengalami penurunan nilai pasar sebesar hampir 11 miliar dolar AS yang terjadi pada akhir tahun 2023.