Orang tua perlu memahami risiko kesehatan terkait penggunaan terus menerus dari perangkat audio. Apalagi, terjadi peningkatan penggunaan audio secara signifikan pada kalangan anak-anak.
Menurut Survei Nasional Kesehatan Anak-anak C.S. Mott di Rumah Sakit Anak Universitas Michigan, dua dari tiga orang tua melaporkan anak mereka menggunakan headphone atau earbud. Sebesar 16% anak-anak menggunakan perangkat audio mereka setidaknya selama dua jam sehari. Sedangkan 24% menggunakan perangkat audio merek selama satu hingga dua jam sehari.
“Selama beberapa tahun terakhir, kita sebagian besar khawatir tentang remaja yang menggunakan perangkat audio terlalu banyak. Tetapi ‘earbud’ telah menjadi semakin populer dan banyak digunakan di kalangan anak-anak yang lebih muda, yang mengekspos mereka pada kebisingan yang lebih intens secara teratur,” ujar Co-Director Mott poll, Susan Woolford, Selasa (27/2/2024), dilansir dari Antara.
Menurut Woolford, risiko paparan kebisingan bagi anak-anak kecil secara historis melibatkan peristiwa kebingaran tunggal yang keras seperti konser atau kembang api. Namun, orang tua mungkin meremehkan potensi bahaya dari penggunaan berlebihan perangkat mendengarkan.
“Mungkin sulit untuk mengetahui apakah paparan kebisingan anak mereka sehat,” tutur Woolford.
Hasil survei menunjukkan hanya separuh dari orang tua yang mencoba membatasi penggunaan perangkat audio anak mereka. Misalnya, dengan strategi seperti meminta anak untuk istirahat atau pengaturan waktu saat menggunakannya.
Para peneliti memperingatkan tentang bahaya buruk paparan kebisingan. Di antaranya, paparan kebisingan berisiko mengganggu tidur anak, mempengaruhi pembelajaran akademis dan perkembangan bahasa, serta menimbukan stress dan tekanan darah. Bahkan, pada tingkat ekstrem, paparan kebisingan menyebabkan kerusakan pendengaran yang tidak dapat dipulihkan bersama dengan konsekuensi kesehatan negatif lainnya.
Saluran telinga anak-anak jauh lebih kecil dari pada orang dewasa. Tingkat suara yang dirasakan diperkuat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap kerusakan kebisingan. Perangkat mendengar pribadi banyak dipasarkan kepada anak-anak kecil justru menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi dari masalah yang dapat dicegah ini.
Pendengaran dipengaruhi baik oleh volume maupun durasi paparan kebisingan. Sementara suara keras di atas 120 desibel dapat menyebabkan kerusakan seketika. Kebisingan di atas 70 desibel juga bisa mengakibatkan kerusakan melalui paparan yang berkepanjangan.
Orang tua bisa memakai trik sederhana untuk memperkirakan tingkat desibel dari perangkat audio anak dengan berbicara suara normal dari jarak pendek. Jika anak tidak bisa mendengar, maka volumenya terlalu keras.
Para peneliti merekomendasikan agar orang tua berhati-hati kalau membeli perangkat audio untuk anak-anak. Orang tua perlu memeriksa kemasan perangkat untuk mengetahui informasi tentang batasan volume dan menghindari produk-produk dengan penekanan yang kuat pada tingkat suara tinggi. Meskipun banyak produk mungkin dilabeli sebagai ‘Aman untuk Anak’, tetapi kemungkinan tidak membatasi volume hingga 75 desibel.
Meski perangkat pembatal kebisingan mencegah anak-anak meningkatkan volume, tetapi itu tidak dianjurkan selama kegiatan yang membutuhkan kesadaran akan lingkungan sekitar, seperti berjalan atau naik sepeda.