United States Agency for International Development (USAID) mengapresiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Yayasan Badak Indonesia (YABI) atas komitmen mereka untuk menjaga dan melestarikan Badak Sumatra (dicerorchinus sumatrenis). Hal itu setelah KLHK dan YABI berhasil menambah populasi Badak Sumatra lewat lahirnya seekor anak Badak Sumatra berjenis kelamin jantan bernama Indra di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) pada Sabtu (25/11/2023).
Indra menjadi Badak Sumatra kedua yang lahir di tahun 2023. Sebelumnya, seekor Badak Sumatra berjenis kelamin betina bernama Anggi lahir pada Sabtu (30/9/2023).
Direktur USAID Indonesia, Jeffe P. Cohen mengaku berkesan bisa menjumpai bayi Badak Sumatra di penangkaran. Pihaknya mengaku begitu mengapresiasi kerja nyata kedua lembaga tersebut.
“Terima kasih untuk Pak Jansen dan tim yang telah menyelenggarakan hari yang sangat istimewa di Taman Nasional Way Kambas. Saya bisa bertemu dengan bayi Indra adalah hal yang paling berkesan selama saya berada di Indonesia sejauh ini. Saya akan berangkat ke luar Jakarta untuk musim liburan. Saya akan kembali pada bulan Januari dan sangat ingin mengunjungi Taman Safari Indonesia dan mempelajari lebih lanjut tentang usaha konservasi satwa liar,” tutur Jeff saat meninjau SRS TNWK baru-baru ini.
KLHK bersama YABI memang tengah berupaya melestarikan populasi Badak Sumatra dengan berbagai cara. Dari konservasi in-situ dan ex-situ, sampai pendekatan teknologi reproduksi berbantu (Assisted Reproductive Technology/ART). Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar mengharapkan berbagai upaya itu dapat menambah populasi Badak Sumatra.
“Semoga proses ini dapat berhasil dan Badak Sumatera dapat terjaga kelestariannya,” ujar Siti Nurbaya.
Dari upaya penangkaran semi alami, kata dia, saat ini SRS TNWK telah berhasil melahirkan lima ekor badak. Yaitu, Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), Anggi, dan Indra. Menurut Siti Nurbaya Bakar, kelahiran lima Badak Sumatra di SRS TNWK merupakan komitmen pemerintah Indonesia dalam konservasi.
Induk Badak Sumatra
Diketahui, Indra lahir dari induk bernama Delilah, yang dikawinkan dengan badak jantan dari Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat (AS), Harapan. Setelah Harapan dipulangkan ke Tanah Air pada 2015, sudah tidak ada lagi Badak Sumatra selain di Indonesia.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko mengatakan, penjaga satwa SRS TNWK menemukan Delilah bersama anaknya di dalam hutan dengan kondisi terpantau baik. Indra dapat berjalan serta bisa menyusui induknya dengan posisi berdiri tegak.
Kata dia, SRS TNKW bertujuan menghasilkan anakan Badak Sumatra untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, spesies yang kini terancam punah. “Anak Badak Sumatra ini merupakan hasil program penangkaran. Ke depannya di SRS TNWK bisa dilepas-liarkan kembali ke habitat aslinya,” tutur Satyawan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018, Badak Sumatra termasuk satwa yang dilindungi di Indonesia. Dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), status konservasi Badak Sumatra saat ini adalah kritis (critically endangered/CR).
KLHK dan USAID menyumbang empat unit sepeda listrik dan akan membantu membuat kandang ring ke-3 seluas 100 hektare di hutan alami untuk menampung lima ekor anak-anak badak yang lahir.
Sementara itu, Member of IUCN Sumatran Rhino Advisory Board, Bongot Huaso Mulia mengatakan, sebagai salah satu lembaga konservasi satwa, Taman Safari Indonesia juga menggencarkan upaya melestarikan populasi Badak Sumatra.
“Komitmen nyata Taman Safari Indonesia dibuktikan dengan supervisi pengembangbiakan dan checking kondisi satwa Badak Sumatera. Ini menjadi tugas bersama yang harus diapresiasi semua pihak,” ujar Bongot.