Beberapa rumah sakit dan klinik kesehatan di Kota Beijing kewalahan menerima pasien sebagai dampak dari meluasnya wabah flu yang terjadi bersamaan dengan pelonggaran kebijakan anti-pandemi COVID-19 di China.
Antrean pasien: Video-video pendek yang beredar di sejumlah media sosial mempertontonkan antrean pasien yang mengular di sejumlah fasilitas kesehatan.
Melansir Antara, antrean panjang juga terjadi di Rumah Sakit Chaoyang Beijing pada 9 Desember 2022. Dalam video termuat narasi bahwa pasien bisa menunggu hingga enam jam untuk bisa bertemu dokter.
Dikonfirmasi China: Otoritas Beijing membenarkan terjadinya fenomena tersebut.
“Sebagian besar pasien yang tertular virus corona memilih perawatan di rumah, sementara jumlah pasien demam dan flu yang dirawat di klinik melonjak,” kata juru bicara Komisi Kesehatan Beijing (BHC) Li Ang kepada pers, Senin (12/12/2022).
Pihaknya mencatat jumlah pasien flu yang dirawat di rumah sakit kelas dua pada Senin sekitar 19 ribu orang atau naik 6,2 kali lipat dibandingkan sepekan sebelumnya.
Jumlah pasien demam yang dirawat di klinik kesehatan pada Minggu (11/12/2022) sekitar 22 ribu orang atau naik 16 kali lipat dibandingkan sepekan sebelumnya.
Li juga menyebutkan terjadinya peningkatan panggilan ke nomor darurat kesehatan dalam beberapa hari terakhir yang puncaknya terjadi pada Jumat (9/12/2022) sebanyak 31 ribu panggilan atau enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan hari biasa. Namun pasien yang dirujuk ke rumah sakit umum atau rumah sakit sementara karena COVID-19 lebih sedikit.
Tingkat okupansi RS: Menurut Li, tingkat okupansi di rumah sakit rujukan COVID-19 pada Kamis (8/12/2022) turun dari 66,7 persen menjadi 59 persen.
Sementara itu, untuk menangani lonjakan pasien flu, BHC menambah jumlah klinik pelayanan dari 94 unit menjadi 303 dan menambah jumlah personel kegawatdaruratan.
Otoritas Ibu Kota juga menjamin ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi kelangkaan di sejumlah apotek dan toko obat dalam beberapa pekan terakhir.
Peringatan: Menghadapi tingginya permintaan obat flu, Juru Bicara Pemerintah Kota Beijing Xu Hejian mengingatkan masyarakat agar membeli sesuai kebutuhan dan tidak terpengaruh orang lain yang sedang mengalami kepanikan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan juga telah melakukan penindakan terhadap mereka yang terlibat kenaikan harga obat-obatan.
Otoritas tersebut juga telah menjatuhkan sanksi sebesar 200.000 yuan (Rp448,5 juta) kepada salah satu perusahaan yang kedapatan menaikkan harga tes antigen hingga 273,9 persen, sebagaimana dilaporkan media setempat.
Baca Juga:
Xi Jinping saat Bertemu Mahmoud Abbas: China Selalu Tegas Dukung Palestina
Massa Anti-Lockdown di China Minta Xi Jinping Turun
PBB: Populasi Dunia Capai 8 Miliar Hari Ini, Penduduk India Salip China 2023