General

Distrik: Jangan Anggap Remeh Kabupaten Kediri

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Instagram Hanindhito Pramono

Kampung Inggris menjadi lekat dengan nama Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Daerah yang berada di Barat Kota Malang itu menawarkan segudang ilmu bagi mereka yang haus dengan segala hal tentang berbahasa Inggris. 

Namun, kini Kediri bukan hanya soal Kampung Inggris. Di bawah kendali Bupati Kediri saat ini, Hanindhito Himawan Pramana, Kediri terus menerus berbenah. 

Pria yang akrab disapa Dhito itu mengungkapkan seabrek jurus untuk memoles kabupaten seluas 1.523,97 kilometer persegi tersebut. Kampung Inggris pun masuk dalam rencana pembangunan. 

“Tahun ini kita ada perbaikan, penataan Kampung Inggris. Ada program namanya Kotaku, itu program dari pusat, kita kolaborasi sama pemerintah pusat. Artinya Kota Tanpa Kumuh,” ujar Dhito di Asumsi Distrik: Jangan Anggap Remeh Kabupaten Kediri, Senin (18/4/2022). 

Penataan Kampung Inggris: Putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung itu mengungkap program tersebut akan menelan anggaran sebesar Rp 60 miliar. Dengan program itu Dhito bermimpi menjadikan Kampung Inggris sebagai tempat eduwisata atau wisata sambil belajar. 

Penataan Kampung Inggris perlu dilakukan, sebab kata Dhito sebelumnya Kampung Inggris sempat menjadi sarang teroris. Di mana Densus 88 Antiteror sempat menangkap sejumlah teroris yang bercokol di Kampung Inggris. 

Dhito juga menggalakkan program deradikalisasi demi menetralisasi paham radikal di kalangan masyarakat. Upaya itu kini telah menunjukkan hasil. Kata Dhito Kampung Inggris saat ini sudah kondusif dengan jumlah wisatawan mencapai ratusan ribu orang. 

“Sudah per tahun, sebelum pandemi Kampung Inggris, 600 ribu pengunjung per tahun,” tutur dia. 

Mimpi Dhito: Pria berusia 29 tahun itu ingin menyejajarkan kunjungan wisatawan Kampung Inggris dengan Kota Batu, Malang. Dhito menyebut wisatawan yang datang ke Kota Batu mencapai 1 juta orang per tahunnya.

Dhito juga berencana menjadikan objek wisata di lereng Gunung Wilis lebih populer. Memang ada dua gunung yang mengapit Kabupaten Kediri, di sisi timur ada Gunung Kelud dan sisi Barat Gunung Wilis. 

Alasan Gunung Wilis: Fokus pembangunan wisata ditujukan pada Gunung Wilis bukan tanpa alasan. Menurut Dhito Gunung Kelud masih berstatus gunung berapi aktif yang masih berpotensi memuntahkan isi perutnya. Berbeda dengan Gunung Wilis, gunung itu sudah tidak aktif.

Wilis menyajikan potensi wisata alam yang menarik untuk dipandang. Di sana ada air terjun Dolo dan air terjun Irenggolo. Balutan kabut tipis yang hadir di daerah itu mengonfirmasi bahwa Wilis memiliki topografi yang cukup tinggi. 

Dengan ketinggian lereng lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, membuat Wilis memiliki suhu lebih rendah dibanding daerah sekitarnya. Hal ini tentu membuat Wilis layak masuk dalam daftar tujuan wisata di Jawa Timur. 

“Sebenarnya konsepnya nanti pengen sih, kalau kayak di Prambanan ada Jazz Prambanan, di Bromo ada Jazz Bromo. Nanti, next kalau pandemi sudah selesai kita pengen bikin Jazz Wilis,” harapnya. 

Sejauh ini, kata Dhito, Kediri masih menjadi tempat transit bagi mereka yang hendak berwisata ke daerah lain. Dhito ingin mengubah kondisi itu, Ia ingin Kediri menjadi titik tumpu baru di luar Surabaya.

Pemantik Ekonomi: Apalagi nanti jika Bandara Dhoho Kediri resmi beroperasi. Rencananya bandara tersebut akan mulai dipakai pada Juni 2023 mendatang. Dhito sudah menyiapkan skenario ketika bandara ini resmi hadir. UMKM adalah sektor yang harus digerakkan untuk menyelaraskan kehadiran bandara. 

Bandara Dhoho didesain bertaraf internasional. Pembangunan bandara ini juga diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan sektor ekonomi di wilayah sekitarnya. Dhito yakin bahwa Bandara Dhoho akan ramai dipadati penumpang. 

Apalagi, nantinya bandara ini juga bakal digunakan untuk pemberangkatan jemaah haji di wilayah Mataraman, yang meliputi Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, Kediri, Malang, Ponorogo, serta Madiun. Selama ini penerbangan jemaah haji di Jawa Timur dilakukan melalui Bandara Internasional Juanda, Surabaya. 

“Kita sudah melakukan feasibility study sama Gudang Garam selaku kontraktor bandaranya, itu per tahun kita 1,5 juta traffic minimal,” ujar Dhito. 

Siapkan UMKM: Dhito menyiapkan 34 kebun kopi di lerang Wilis yang hasilnya nanti ditargetkan bisa menembus pasar luar negeri. Termasuk pula kebun nanas di lereng Kelud. 

“Dengan sebegitu banyaknya komoditas inikan harus diseleksi. Gak mungkin semuanya ini jadi atau semuanya ini perlu proseslah. Nah kita akhirnya putuskan Rosela, karena ini cuman ada di Kediri. Yang kedua mangga Podang, yang terakhir kopi,” tambahnya.

Share: Distrik: Jangan Anggap Remeh Kabupaten Kediri