Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) memprediksi invasi Rusia ke Ukraina membuat setidaknya 10 juta warga sipil mengungsi. Dari jumlah itu, sebanyak 3,5 juta penduduk Ukraina harus keluar dari negaranya.
Ulangi sejarah: The International Organization for Migration (IOM) melaporkan setidaknya 13,5 persen dari 10 juta orang itu menyandang status pengungsi di negaranya sendiri.
Menurut IOM, para penduduk tersebut pernah mengalami hal serupa di 2014 dan 2015, ketika militer Rusia mencaplok Krimea dan akibat peristiwa militan separatis di wilayah timur Luhansk dan Dontetsk.
“Banyak di antara mereka yang terlantar dalam keadaan rentan, hamil dan wanita menyusui, orang tua, penyandang disabilitas, orang dengan penyakit kronis dan orang-orang yang terdampak kekerasan langsung,” sebut laporan IOM dikutip lewat laman resmi PBB, Selasa (22/3/2022).
Butuh obat-obatan: Direktur Umum IOM, António Vitorino mengatakan para pengungsi begitu membutuhkan kebutuhan dasar, termasuk obat-obatan, pelayanan kesehatan, serta pendanaan.
“Skala penderitaan manusia dan pemindahan paksa karena perang jauh melebihi perencanaan skenario terburuk,” ujar Vitorino.
Vitorino mengatakan, pihaknya bakal memprioritaskan kebutuhan para pengungsi yang ada di dalam Ukraina. Timnya telah menjangkau ribuan orang agar untuk mendapatkan bantuan mendasar bagi mereka.
“Tetapi kami perlu menghentikan permusuhan, agar dapat menjangkau orang-orang di daerah yang terkena dampak parah,” katanya.
Sasar fasilitas kesehatan: Serangan Rusia terhadap tetangganya Ukraina juga bukan hanya menyasar objek militer. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat negara Tirai Besi itu juga melancarkan serangan terhadap fasilitas kesehatan.
“Pada 20 Maret, WHO telah memverifikasi 52 serangan terhadap perawatan kesehatan dalam 25 hari. WHO mencatat bahwa ini lebih dari 2 serangan per hari, menekankan bahwa ini, tentu saja, tidak dapat diterima dan perawatan kesehatan harus selalu dilindungi,” sebut Juru Bicara PBB, Dujarric.
Baca Juga:
Presiden Zelensky Ingin Ketemu Putin