Pengamat militer, Susaningtyas Kertopati, mengatakan
pemerintah Indonesia patut mewaspadai dampak perang Rusia-Ukraina bagi
perekonomian Indonesia.
“Sejumlah langkah strategis harus disiapkan secara
matang mengantisipasi kemungkinan terburuk bagi kondisi sosial-politik di
Indonesia,” kata Susaningtyas di Antara.
Efek Domino: Jadi efek dominonya yang paling penting adalah
harga pangan impor naik diikuti kenaikan barang lokal, biaya logistik melonjak,
harga BBM menanti subsidi yang lebih besar, lonjakan harga minyak tak dapat
dihindari.
Selain antisipasi di dalam negeri, kata dia, Indonesia juga
harus waspada kemungkinan negara tertentu mengambil kesempatan ketika dunia
internasional sibuk menghadapi Rusia.
“Gelar operasi militer di Laut Natuna Utara harus tetap
dilaksanakan. Jangan sampai terjadi serangan mendadak yang dapat merugikan
pertahanan Indonesia,” jelas Nuning, sapaan Susaningtyas Kertopati.
Evakuasi WNI: Hal penting lainnya, kata dia, pemerintah
Indonesia harus segera mengevakuasi WNI yang berada di Ukraina.
Nuning menjelaskan, perang antara Rusia melawan Ukraina
meletus seperti banyak diperkirakan oleh para pakar dan pengamat. Konflik
menahun sejak wilayah Ukraina di Krimea diduduki Rusia pada tahun 2014 berujung
serbuan Rusia di bagian Timur Ukraina.
“NATO dipimpin Amerika Serikat ternyata gagal
melaksanakan diplomasi pertahanan untuk mencegah perang. Kepentingan NATO juga
belum tentu dibuktikan untuk membela Ukraina sebagai salah satu
anggotanya,” tuturnya.
Sejak 2014, kata Nuning, NATO tidak memberikan reaksi yang
proporsional terhadap Rusia. Strategi pendangkalan NATO juga tidak efektif
mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer secara
masif.
Perang Asimetris: Menurut dia, perang yang terjadi di Balkan
saat ini masuk dalam kategori perang asimetris dari perspektif ilmu Pertahanan.
Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior.
NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis
berbatasan langsung dengan Rusia.
“Perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang
jelas dimiliki Rusia. Di atas kertas Rusia pasti ingin melaksanakan perang
dalam waktu secepat-cepatnya sementara Ukraina pasti melancarkan perang
berlarut,” kata Nuning.
Sejarah juga menunjukkan bahwa kekuatan superior, seperti
Rusia ternyata kalah di Afghanistan. Amerika Serikat juga kalah di Vietnam dan
Afghanistan.
Dengan demikian ada beberapa skenario yang dapat ditempuh
dunia internasional untuk mengakhiri perang.
Pertama, kata Nuning, gencatan senjata dan turun tangannya
PBB. Kedua, NATO mengerahkan kekuatan penuh mengalahkan Rusia dan memukul Rusia
di wilayahnya sendiri. Ketiga, Ukraina menang perang berlarut. (JP)
Baca Juga