Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, mengklarifikasi video dirinya saat mengomentari pebulutangkis ganda putra Fajar Alfian-M Rian Ardianto. Dalam potongan video yang tersebar, Amali menyebut Fajar/Rian tak terlalu dikenal publik. Padahal, pasangan itu menempati peringkat tujuh dunia.
Salah Paham: Mengutip pernyataan Amali di Kemenpora.go.id, potongan video itu muncul pada acara “Sapa Indonesia Pagi” di Kompas TV, Selasa (19/10/2021). Pada acara tersebut dirinya mengomentari pasangan ganda putra Indonesia Fajar/Rian yang pada laga final tersebut turun lebih dulu dibandingkan Markus/Kevin.
“Mana berita tentang Fajar dan Rian yang tidak dikenal itu..? Padahal yang saya maksudkan itu, saya memuji strategi pelatih ganda putra kita karena menurunkan Fajar & Rian yang mungkin saja pihak lawan belum terlalu mengenal permainan mereka, karena posisi rangking pasangan ini di bawah Markus/Kevin atau Hendra/Ahsan yang sudah menempati peringkat atas atau pola permainannya sudah sangat dikenal oleh lawan,” kata Amali.
Regenerasi: Dalam kesempatan itu, Amali juga memuji regenarasi atlet yang ada di PBSI. “Saya juga mengapresiasi PBSI yang sudah mempersiapkan lapisan pemain yang akan mengisi posisi ganda kita yang sedang berada di posisi atas itu bila sudah pensiun nanti. Itu saja sebenarnya yang saya jelaskan,” ucapnya.
Amali mengapresiasi kerja PBSI, kerja tim dikepengurusan yang baru yang sudah mampu melakukan penataan tata kelola organisasi dan membenahi pembinaan bulutangkis ke arah yang lebih baik. “Ini beberapa hal yang membuat saya senang dikepengurusan yang baru Pak Agung Firman sudah mampu melakukan tata kelola PBSI yang baik,” tutur dia.
Pembinaan: Menpora Amali menilai, PBSI saat ini sudah bergerak ke arah pembinaan atlet elit nasional, sehingga Olimpiade, Thomas Cup, All England menjadi pantauan pemerintah untuk mengukur sejauh mana pembinaan cabor bulutangkis dalam negeri.
Hal ini pula yang membuat bulutangkis ditempatkan dalam cabor unggulan pertama dalam Desain Besar Olahraga Nasional. “Untuk mendapatkan talenta atlet dengan performa tinggi dibutuhkan waktu panjang setidaknya 10 ribu jam atau 10 tahun. Saya selalu melihat bagaimana progres ini berjalan untuk menunjang DBON dan persiapan Olimpiade Paris 2024 mendatang,” jelasnya.
Baca Juga