Mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, membocorkan bagaimana sistem kerja yang tidak ideal di internal perusahaan raksasa dunia tersebut. Menurut dia, Facebook terus menerapkan kebijakan kerja dengan mementingkan keuntungan perusahaan ketimbang keselamatan publik.
“Ada konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook. Dan Facebook, berulang kali, memilih untuk mengoptimalkan untuk kepentingannya sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang,” kata Haugen seperti dikutip The Guardian.
Dilaporkan: Haugen menegaskan bahwa bukti-bukti yang ada, akan segera diberikan kepada Jurnal Wall Street dan penegak hukum AS.
Dalam bukti itu akan menunjukkan bahwa Facebook sebagai perusahaan telah melakukan kebohongan publik dengan klaim mereka telah membuat kemajuan signifikan melawan kebencian, kekerasan, dan informasi yang salah (hoaks).
Baca Juga: 4 Risiko Kebocoran Data Pribadi dan Cara Mudah Mengantisipasinya
“Versi Facebook yang ada saat ini menghancurkan masyarakat kita dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia,” kata Haugen.
Sisi lain: Haugen bergabung dengan Facebook pada 2019 lalu. Ia pernah bekerja di Pinterest dan Google.
Komitmen awal mengapa Haugen mau bergabung dengan Facebook karena kedua pihak sepakat untuk bekerjasama melawan dan memerangi berita hoaks. Meski demikian, ia menegaskan bahwa orang-orang yang bekerja di Facebook, termasuk Mark Zuckerberg bukan orang jahat.
Bukti: Ketika menjelang Pemilu AS pada 2020 lalu, Facebook mengubah kebijakan algoritma di news feed-nya untuk tidak menampilkan konten-konten politik. Karena hal itu dianggap dapat memberi efek buruk ketika kerusuhan terjadi di Gedung Capitol.
“Facebook telah menyadari bahwa jika mereka mengubah algoritma menjadi lebih aman, orang akan menghabiskan lebih sedikit waktu di situs, mereka akan mengklik lebih sedikit iklan, dan [Facebook] akan menghasilkan lebih sedikit uang,” kata Haugen.
Selanjutnya, Haugen akan bersaksi di depan kongres AS untuk menjelaskan semua tuduhan yang disampaikan sebelumnya terkait kinerja Facebook yang lebih mementingkan kepentingan perusahaan ketimbang keselamatan publik.
Bantahan Facebook: Wakil Presiden Kebijakan Global dan Komunikasi Facebook, Nick Clegg, membantah semua tuduhan yang disampaikan oleh Haugen. Terkait dengan kerusuhan di Gedung Kapitol usai Pilpres 2020 di AS, Facebook sama sekali tidak memberikan insentif terhadap aksi kekerasan tersebut.
“Bukti yang ada tidak mendukung gagasan bahwa Facebook, atau media sosial secara lebih umum, adalah penyebab utama polarisasi. Konten polarisasi dan informasi yang salah juga ada di platform yang tidak memiliki peringkat algoritmik apa pun, termasuk aplikasi perpesanan pribadi seperti iMessage dan WhatsApp,” ucap Clegg dalam wawancara dengan CNN.
Karina Newton, Kepala Kebijakan Publik Instagram, mengatakan dalam keterangan resmi, “Dari riset kami, kami mulai mengerti jenis konten yang dirasa oleh sebagian orang berkontribusi kepada perbandingan sosial yang negatif, dan kami menjajaki cara untuk mengalihkan mereka ke topik lain jika mereka terus-menerus melihat topik seperti ini.