Penjabat presiden Myanmar, Duwa Lashi La dari Pemerintah
Persatuan Nasional (NUG) mengumumkan pada awal pekan ini bahwa perang
perlawanan rakyat terhadap junta militer telah resmi dimulai. Ia menilai
langkah itu sebagai bentuk revolusi keadilan untuk membangun persatuan
berlandaskan perdamaian secara berkelanjutan.
Pernyataan: Melansir Myanmar Now, Duwa Lashi La dalam
pidato darurat mendesak masyarakat di seluruh negeri untuk memberontak melawan
rezim kudeta militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing.
Dia juga meminta Pasukan Pertahanan Rakyat NUG (PDF) untuk
menargetkan segala bentuk penindasan dan saling melindungi kehidupan rakyat
Myanmar.
Pegawai pemerintah mundur: Duwa Lashi La juga mendesak administrator lokal
yang bekerja di bawah junta untuk segera mengundurkan diri. Perdana
Menteri NUG Mahn Win Khaing Than juga mengumumkan bahwa mulai pekan ini, semua
departemen sipil dan kantor di bawah dewan militer akan ditutup sampai batas
waktu yang tidak ditentukan.
Dilarang bepergian: Selama masa perlawanan berlangsung, warga diminta
untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu. Hal ini untuk membantu PDF
dan pasukan perlawanan sipil dengan memberi tahu mereka tentang kegiatan
militer.
Seruan lain: Duwa Lashi La turut meminta organisasi etnis bersenjata untuk
menyerang pasukan rezim kudeta dengan segala cara untuk mempertahankan kontrol
atas wilayah mereka. Ia juga meminta Pasukan Penjaga Perbatasan, milisi sekutu
junta, dan tentara individu dan polisi untuk membelot dari dewan militer dan
berkolaborasi dengan pasukan-pasukan yang berpihak pada rakyat.
Minta bantuan PBB: Duwa Lashi La juga mengharapkan peranan serta
bantuan dari seluruh anggota ASEAN dan PBB.
“Revolusi publik telah dimulai hari ini. Saya mendesak
semua orang di negara ini untuk mengambil bagian sebanyak yang mereka bisa,
untuk memberantas kediktatoran militer yang telah memerintah negara kita selama
bertahun-tahun,” imbuh Yee Mon, menteri pertahanan NUG.
Catatan: sampai saat ini belum jelas langkah yang dilakukan PDF akan
berperang melawan militer Myanmar. Dalam beberapa pekan terakhir, pejuang
perlawanan lokal dan angkatan bersenjata etnis menimbulkan ratusan korban.