Covid-19

Jangan Buang Sembarangan, Ini Bahaya dan Cara Mengelola Limbah Medis

Irfan — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Temuan adanya sejumlah sampah medis di tempat pembuangan akhir di Bekasi, Jawa Barat, membuka mata kita kalau pengelolaan sampah jenis ini masih dilakukan asal-asalan. Padahal, sampah medis bukan hanya jorok, tapi juga memicu pencemaran dan ancaman bahaya penyakit.

Mengutip laman WHO, ada banyak risiko yang disebabkan oleh sampah medis yang dibuang tanpa diolah lebih dulu. Mengandung zat atau agen berbahaya seperti patogen, genotoksik, bahan kimia atau obat beracun, hingga radioaktif, sampah ini bisa menimbulkan infeksi seperti saluran pernapasan hingga meningkatkan risiko paparan penyakit menular karena kontaminasi darah atau cairan tubuh pada sampah. Apalagi di situasi Covid-19 seperti ini. 

Meningkat Selama Covid-19

Dalam webinar yang dihelat oleh KPC-PEN di YouTube, Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Edward Nixon Pakpahan, mengatakan, pandemi memang bukan hanya menimbulkan krisis kesehatan dan ekonomi, tetapi juga peningkatan limbah medis. Menurut dia, selama pandemi berlangsung, limbah medis naik rata-rata hingga 30 persen per hari hingga menghasilkan sampah medis seberat 520 ton per hari. 

“Sebelum pandemi, rata-rata dihasilkan 400 ton limbah medis per hari,” kata Edward.

Baca Juga: Penanganan Limbah Medis Pandemi Perlu Bantuan Pemerintah

Merujuk data KLHK, lonjakan limbah yang paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat, mencapai 1.030,6 persen pada Juli 2021. Tak hanya di Jawa Barat, pada periode yang sama, kenaikan limbah medis secara drastis terjadi juga di Jawa Tengah (309,1 persen), Banten (159,5 persen), DKI Jakarta (45,9 persen), dan Jawa Timur (23,6 persen). Secara nasional, terdapat 18.000 ton jumlah limbah B3 Covid-19 pada Juli 2021. 

Pengelolaan sampah medis yang melonjak ini memang masih jauh dari optimal. Meski dari sisi kuantitas pengolahan, kapasitas mesin pengolahnya sudah memenuhi kebutuhan, tetapi pengelolannya masih terpusat di Pulau Jawa. 

Jumlah rumah sakit yang memiliki fasilitas pengolahan limbah juga sangat terbatas, hanya sekitar 4,1 persen. Belum lagi, di tengah pandemi ini, ada lingkup area yang belum terhitung, yaitu limbah pasien isolasi mandiri.

Cara Kelola Limbah Medis 

Saat ini, KLHK telah membangun insenerator di berbagai daerah sejak tahun lalu. Di insenerator inilah limbah medis diolah dengan cara dimusnahkan. Selama pandemi, masker menjadi salah satu sumber limbah medis paling banyak karena perannya sebagai penunjang utama prokes. 

Menurut Edward, masker yang tidak dipakai orang terpapar juga harus ditangani dengan baik. Lalu bagaimana publik mendukung pengolahan limbah medis yang baik? Edward menyebut di antaranya dengan memotong masker bekas pakai dan menyemprotnya dengan cairan disinfektan sebelum dibuang. 

“Setelah itu, baru dikemas secara aman sebelum dibawa ke tempat pemusnahan. Karena semua limbah medis harus dimusnahkan,” kata dia. 

Selain itu, ada juga sejumlah prosedur alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah jenis ini. Di antaranya dengan memasukan sampah medis ke safety box untuk kemudian dikubur di bak beton. 

Namun demikian, perlu dipastikan juga keamanan dan kekuatan tutup bak beton ini. Soalnya, dengan limbah berbahaya di dalamnya, tutup bak ini mesti juga kuat. 

Lain dari itu, perlu juga digagas teknologi pengelolaan limbah skala domestik utamanya untuk daerah terpencil. Seiring pengembangan teknologi dan regulasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memiliki dua solusi teknologi pengolahan limbah yang tidak hanya menjamin dari sisi kesehatan dan lingkungan, melainkan dapat digunakan untuk industri. Misalnya keberadaan alat penghancur jarum suntik yang residu akhirnya berupa stainless steel murni atau baja tahan karat. 

Secara lebih luas, perlu juga dipahami kalau meningkatnya jumlah medis yang mengancam saat ini karena sulitnya memutus mata rantai penularan Covid-19. Oleh karena itu, untuk menekan sampahnya perlu juga penanganan intensif di hulu dengan mengurangi jumlah kasus infeksi dan pasien yang dirawat.

Share: Jangan Buang Sembarangan, Ini Bahaya dan Cara Mengelola Limbah Medis