Dokumen internal yang disusun oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengungkapkan penyebaran mutasi COVID-19 varian Delta semakin lebih cepat dan berbahaya. Bahkan virus ini disebut masih berpeluang besar menginfeksi orang yang sudah divaksinasi.
Penularannya mirip cacar air
Laporan CDC dalam bentuk slide presentasi yang diungkap Washington Post ini, menyampaikan varian Delta berpotensi memicu penyakit yang lebih parah saat menginfeksi orang yang sama sekali belum divaksinasi.
Dokumen itu bocor hanya beberapa hari setelah CDC mengubah panduannya untuk merekomendasikan bahwa orang yang divaksinasi tetap harus mengenakan masker di dalam ruangan, dengan kondisi tertentu.
Melansir The Guardian, lembaga tersebut memperingatkan kalau varian Delta mirip menularnya dengan cacar air. Kini pejabat pemerintah AS pun menyatakan perang yang lebih serius terhadap virus ini.
“Dokumen CDC menyatakan bahwa orang yang sudah divaksinasi dapat menghasilkan efek virus yang mirip dengan mereka yang tidak divaksinasi saat terpapar varian virus ini. Namun, para ilmuwan menyebut kemungkinan orang yang divaksinasi menyebarkan virus, jika terinfeksi, jauh lebih langka dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi,” demikian disampaikan laporan yang dirilis salah satu lembaga kesehatan di Massachusetts, AS.
CDC mengungkapkan, transmisi virus ini lebih cepat dibandingkan keluarga virus corona lainnya, seperti MERS, SARS, maupun Ebola yang mewabah di benua Afrika.
Meski vaksinasi disebut mampu meminimalisir penularan serta mencegah penyakit parah yang disebabkan COVID-19, karakteristik berbahaya dari varian Delta ternyata 90 persen lebih menular bahkan lebih tangguh melawan proteksi vaksin di tubuh kita, dibandingkan varian lainnya yang sudah terungkap saat ini.
“Saya pikir orang-orang perlu memahami bahwa kita tidak sedang menakut-nakuti. Ini serius. Ini adalah salah satu virus yang paling menular yang kita ketahui. Campak, cacar air, dan lainnya, mereka (varian Delta) ada di atas sana (tingkat penularannya),” kata Direktur CDC, Rochelle Walensky.
Terkini, CDC merilis laporan situasi wabah di Massachusetts yang dilaporkan banyak warga di sana yang terpapar varian Delta. Oleh sebab itu, CDC Menekankan masker harus selalu dipakai untuk mencegah penularan varian ini lebih masif lagi.
Semakin banyak orang divaksinasi kena varian Delta
Dilaporkan saat momen libur Hari Ulang Tahun AS pada 4 Juli lalu, di kawasan teluk Cape Cod, Massachusetts 469 orang terinfeksi COVID-19 varian Delta. 74 persen yang terpapar varian Delta ini, sudah divaksinasi.
Ahli virologi dari University of Leeds, Stephen Griffin menyebut sejak awal kemunculannya, keberadaan varian Delta masih diremehkan penularannya sampai akhirnya diketahui, kalau virus ini memang benar-benar lebih cepat menular dibandingkan virus induknya. Ia memprediksi bakal semakin banyak orang yang tertular varian Delta, meski sudah divaksinasi
“Kita harus waspada, ke depan kita akan melihat proporsi yang lebih besar (orang yang sudah divaksinasi) terinfeksi virus ini. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa Delta tentu lebih terlihat gejalanya dibandingkan varian lain yang kebanyakan tidak memperlihatkan gejala awalnya,” kata Griffin.
Dokumen CDC juga menyoroti kasus COVID-19 yang disebabkan varian Delta di AS rata-rata terjadi hampir 62.000 infeksi baru per harinya. Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi, saat ini tengah dirawat di rumah sakit dan mereka yang terpapar dalam keadaan belum divaksinasi banyak dalam kondisi sekarat.
“Sejauh ini, secara nasional 49,8 persen orang Amerika sudah menerima vaksinasi secara penuh,” tulis CDC dalam dokumen internalnya.
Presiden AS Joe Biden pun menyikapi terjadinya lonjakan kasus yang terjadi di negaranya. Ia mengakui, saat ini sekitar 90 juta orang AS yang memenuhi syarat belum divaksinasi.
“Memakai masker adalah salah satu upaya melawan penyebaran COVID-19, tetapi jangan salah vaksin adalah pertahanan terbaik buat Anda untuk mencegah sakit parah akibat COVID-19. Ini pertahanan terbaik,” kata Biden.
Kemampuan menghindari antibodi
Epidemiolog Universitas Airlangga Windu Purnomo mengamini kalau varian Delta, saat ini memang semakin berbahaya penularannya dan kian tangguh saat menginfeksi orang yang sudah divaksinasi.
“Memang karakteristik Delta itu tingkat penularannya dua kali lipat dibandingkan virus aslinya, hitungannya 90 persen lebih cepat menular. Sedangkan, varian Alfa itu tingkat penularannya 70 persen. Varian Delta ini juga mempunyai kemampuan antibody escape yang artinya, memiliki kemampuan menghindari antibodi yang sudah terbentuk di tubuh orang yang sudah divaksinasi,” ujarnya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (31/7/21).
Ia pun mengingatkan orang yang sudah divaksinasi bukan berarti bakal bebas dari penularan virus mematikan ini. “Saya ingatkan kembali, vaksinasi tidak mencegah penularan tapi meminimalisir terpapar dan mencegah gejala berat kalau mereka tertular,” ucapnya.
Lebih lanjut, Windu bilang varian Delta ini memang super berbahaya karena orang yang sudah divaksinasi bisa tetap terkena gejala berat saat virus ini menginfeksi tubuh mereka disebabkan kemampuannya yang bisa menghindari antibodi yang terbentuk dari vaksin.
“Delta ini mampu menghindari antibodi, sehingga memang ada peluang yang sudah divaksinasi tertular bisa tetap bergejala berat. Makanya, kita jangan membiarkan varian Delta ini meluas. Kita sudah terlanjur kebobolan varian Delta gara-gara masuknya warga negara kita dari luar negeri atau orang asing yang masuk ke bandara itu tidak dikarantina dengan benar. Semestinya, orang yang datang dari luar negeri itu kan, 14 hari karantinanya,” terangnya.
Virus dengan tiga sub lini
Windu Purnomo mengungkapkan varian Delta ini diketahui juga bisa membelah dirinya menjadi sub varian lain yang sejauh ini, diketahui ada tiga sub varian dari virus yang memiliki kode B 1617 ini.
“Delta ini memang sejauh ini sudah ada sub lini, turunannya ada 3. Ada yang namanya B 1617.1 atau Kappa, B 1617.2 dan B 16167.3. Buat sub Delta yang ketiga ini, setahu saya penularannya masih belum masif. Sedangkan, dua sub Delta lainnya ini sudah ada di Indonesia. Sekarang yang diketahui ada tiga, enggak tahu perkembangannya nanti. Virus ini juga kan, dikenalnya punya sifat mutasi ganda,” katanya.
Menurutnya, hal yang sia-sia jika kita terus menyalahkan sikap permisif dan ketidaktegasan pemerintah dalam mencegah masuknya varian Delta ke Indonesia.
Saat ini, kata dia langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah diri kita tertular adalah kembali pada upaya masing-masing untuk melindungi diri dari penularan virus ini dan tidak menganggap remeh eksistensi varian Delta di sekitar kita.
“Cara pencegahannya tetap disiplin protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas. PPKM Darurat yang sekarang ini terasa lebih longgar karena kembali memperbolehkan orang makan di warung makan atau restoran dengan batas waktu 20 menit ini sangat disayangkan sebetulnya. Virus itu enggak menular dalam waktu 20 menit lho! Varian Delta apalagi, dia menularnya hitungan detik. Kalau 20 menit mah sudah berapa puluh orang yang tertular itu. Beli makanannya di warung makan, silakan cuma bungkus saja. Enggak usah makan di tempat,” tandasnya.