Kedatangan warga negara asing (WNA) asal China ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir menuai kritikan dari banyak pihak. Sebab, hal itu dinilai bertentangan dengan kebijakan larangan mudik lebaran yang sedang diberlakukan di dalam negeri sebagai langkah mencegah lonjakan kasus COVID-19.
Apalagi, kondisi dalam tiga hari terakhir memperlihatkan petugas di lapangan begitu kewalahan membendung lautan masyarakat yang nekat mudik. Kabar masuknya WN China tentu saja dianggap menambah masalah di saat aturan larangan mudik yang masih belum terealisasi dengan baik.
Terdapat Tiga Gelombang Kedatangan
Sampai saat ini, setidaknya tercatat ada tiga gelombang WN China yang sudah masuk ke Indonesia. Gelombang pertama yakni sebanyak 85 WN China dan 3 WNI tiba di Terminal 3 Kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (4/5/21) pukul 14.55 WIB.
Mereka diketahui menumpang pesawat China Southern Airlines (carter) dengan nomor penerbangan CZ8353 dari Shenzhen.Adapun dari hasil pemeriksaan oleh Kemenkes, terdapat dua WN China yang positif Covid-19 pada gelombang pertama ini.
“Data kedatangan dari China menggunakan beberapa penerbangan dengan waktu kedatangan yang berbeda. Dari keseluruhan yang sudah dilakukan swab pertama, terdapat dua orang positif tanpa gejala,” kata Kasubdit Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Benget Saragih, Jumat (7/5/21).
Saat ini, kedua WN China itu sedang menjalani isolasi di di Hotel Hariston Bandengan, Jakarta, di bawah pengawasan tim kesehatan dari Satgas Kemenkes. Sampel keduanya juga langsung diambil untuk kemudian memastikan apakah keduanya membawa varian baru Corona Inggris, Afrika Selatan, atau India mutan ganda.
“Semua yang positif COVID-19 dengan CT Value di bawah 20 pasti dilakukan whole genome sequencing.”
Sementara itu, gelombang kedua kedatangan WN China ke Indonesia terjadi dua hari berselang. Ada 46 WN China kembali masuk ke Indonesia pada Kamis (6/5/21), yang mendarat pukul 11.50 WIB menggunakan pesawat Xiamen Air MF855 dari Fozhou. 46 WN China ini langsung menjalani isolasi setiba di tanah air.
Sementara itu, Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Jhoni Ginting, memastikan seluruh warga negara asing atau WN China yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, sudah memenuhi aturan keimigrasian Dan aturan perjalanan internasional pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia. WN China itu disebut datang dengan tujuan pekerjaan.
“Penanganan setiap warga negara asing yang datang ke Indonesia telah mengikuti aturan Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Petugas Imigrasi tidak akan memberikan izin masuk jika para WNA tidak lulus pemeriksaan kesehatan oleh petugas,” kata Jhoni Ginting dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/5/21).
Jhoni mengatakan pemeriksaan kesehatan itu dilakukan petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kementerian Kesehatan (KKP Kemenkes) sesuai protokol kedatangan bagi pelaku perjalanan internasional.
Setelah pemeriksaan kesehatan, petugas imigrasi juga akan memeriksa seluruh dokumen perjalanan dan dokumen keimigrasian setiap WNA yang akan masuk ke Indonesia.
Sementara aturan yang dimaksud Jhoni adalah Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 26 Tahun 2020 tentang Visa dan Izin Tinggal dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru dan Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Jhoni pun menegaskan bahwa aturan pelarangan masuk bagi WNA selama masa pandemi Covid-19 masih berlaku. Kedatangan para WNA ke Indonesia hanya diizinkan untuk tujuan esensial seperti bekerja di proyek strategis nasional dan objek vital, penyatuan keluarga, bantuan medis dan kemanusiaan, serta kru alat angkut.
“Terkait kedatangan WNA ke Indonesia, kami sampaikan bahwa mereka yang datang telah memperoleh rekomendasi dari instansi terkait dan akan bekerja di proyek strategis nasional, bukan untuk tujuan wisata.”
Lalu, teranyar, yang menjadi gelombang ketiga adalah sebanyak 160 WN China mendarat di Indonesia pada Sabtu (8/5/21) pukul 05.00 WIB.”Terkait kedatangan 160 WNA dengan pesawat China Southern Airlines CZ387 (regular flight) dari Guangzhou, RRT, di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu (8/5) pukul 05.00 WIB,” kata Kabag Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Arya Pradhana Anggakara, dalam keterangannya, Sabtu (8/5/21).
Menurut Arya, sebanyak 160 WN China itu sudah memenuhi aturan keimigrasian Indonesia dengan jenis visa sesuai Permenkumham Nomor 26 Tahun 2020. Ia menyebut ratusan WN China itu datang dengan tujuan bekerja di Indonesia.
“Kami sampaikan bahwa seluruh WNA telah memenuhi aturan keimigrasian dengan jenis visa dan kegiatan yang sesuai dengan Peraturan Menkumham Nomor 26 Tahun 2020 yaitu untuk kegiatan bekerja, bukan untuk kunjungan wisata.”
Selain itu, Arya juga memastikan bahwa para WNA China tersebut juga telah mengantongi izin dari instansi terkait untuk bekerja di Indonesia. Seluruh penumpang, kata Arya, juga sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh pihak KKP Kementerian Kesehatan.
“Sebelum dilakukan pemeriksaan keimigrasian, seluruh penumpang telah mendapatkan rekomendasi/clearance oleh pihak KKP Kementerian Kesehatan. Petugas Imigrasi tidak akan memberikan izin masuk jika para penumpang tidak lulus pemeriksaan kesehatan sesuai protokol kedatangan orang dari luar negeri yang telah ditentukan oleh Satgas Penanganan Covid-19.”
Epidemiolog: Pemerintah Tak Konsisten
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyayangkan datangnya WN China ke Indonesia dalam jumlah yang cukup banyak di saat kebijakan larangan mudik sedang dijalankan. Menurutnya, saat ini upaya pemerintah dalam pengendalian pandemi COVID-19 masih belum konsisten, tidak maksimal, dan cenderung kontradiktif.
“Ini kontradiktif dengan upaya pembatasan, jadi ini kita jadi kaya tidak konsisten, kasus impor itu kan berbahaya,” kata Dicky, dalam keterangannya saat dikonfirmasi Asumsi.co, Sabtu (8/5).
Dicky pun tak habis pikir dengan kebijakan tersebut, apalagi saat ini kondisi kasus penyebaran virus SARS-CoV-2 di dunia sedang memburuk dan belum ada tanda-tanda mereda.
Menurutnya, kedatangan WN China ke tanah air itu sangat berbahaya.”Ini prihatin saya kira, dalam situasi dunia ini yang lagi memburuk, artinya kalau memburuk ya tidak ada bedanya China mau manapun itu sama, Australia yang jauh lebih baik dari China pengendaliannya itu pun sangat berisiko.”
Dicky mengatakan pemerintah mestinya mengambil langkah memperkuat pembatasan dan melakukan screening ketat dengan tidak menerima kedatangan warga dari negara manapun.
Selain itu, kata Dicky, pemerintah juga harus berempati dengan pengorbanan masyarakat yang rela tidak mudik selama Lebaran 2021 ini demi mematuhi kebijakan.
“Setiap negara itu pasti potensi bawa virus baru. Pintu masuk beberapa negara yang masih kita buka ini tentu berisiko sekali. Yang juga harus diketahui tidak adanya empati institusi pemerintah. Di mana kita tau ada pembatasan di dalam negeri, masyarakat dilarang mudik, itu mereka melakukan dengan kesadaran dan ada juga pengorbanan di situ.”
“Di sisi lain jangan sampai pemerintah melonggarkan adanya orang keluar masuk dalam situasi di dalam sedang ada pembatasan. Apalagi dari luar, kecuali dia diplomat , tapi kalau pekerja ya jangan dulu lah karena ini berisiko sekali.”
Dicky menegaskan China sendiri saat ini belum termasuk negara dengan kasus Covid-19 terkendali, sehingga potensi masuknya virus Corona varian baru akan tetap ada.
“Oleh karena itu sebabnya di tengah situasi ini harus berempati, jangan sampai masyarakat merasa saya mematuhi kebijakan kok tapi di atas longgar. Jadi tidak etis, kesan empati tidak ada. Ini suatu yang memprihatinkan dan berbahaya.”