Kalung air purifier belakangan kembali menjadi tren menyusul situasi pandemi COVID-19 di Indonesia yang kian mengkhawatirkan. Pertanyaannya, apakah kalung itu bisa efektif menyangkal virus corona?
Kalung Air Purifier Digunakan Pejabat
Sejumlah pejabat negara tertangkap kamera mengenakan kalung ini. Seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto yang dalam berbagai kesempatan, mulai dari rapat virtual sampai melakukan kegiatan di luar ruangan.
Ada juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna yang di lehernya tergantung kalung tersebut saat menghadiri salah satu acara di Istana Negara, Jakarta.
Mengutip CNBC, kalung penyaring udara portabel tersebut merupakan keluaran dari merk Wein bernama Air Supply Rechargeable AS-300R Personal Ionic Air Purifier.
“Alat ini diklaim bisa melindungi pemakainya dari partikel virus, termasuk partikel seukuran virus corona. Melalui pengisian daya dengan kabel USB, alat ini bisa digunakan selama 28 jam penuh,” demikian disampaikan dalam laporannya.
Baca juga: Apakah Kalung Anti Corona Bikinan Kementan Mujarab? | Asumsi
Perangkat ini juga diyakini mampu membersihkan partikel udara sebesar 0,4 mikron sampai 3 mikron. Sementara, ukuran virus berkisar sekitar 0,3 sampai 0,4 mikron.
Meski demikian, hingga sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan kalau alat ini benar-benar efektif untuk mencegah penularan virus corona.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Melansir U.S. Environmental Protection Agency (EPA), bila digunakan secara tepat, air purifier dapat membantu mengurangi risiko terpapar berbagai kandungan berbahaya yang ada di udara, salah satunya virus.
Air purifier bekerja dengan menekan udara segar, sehingga udara yang lebih bersih masuk ke pernapasan penggunanya. Diyakini, orang yang berada di sekitar alat tersebut risiko menghirup udara kotor lebih minim.
Banyak orang yang meyakini pembersih udara portabel itu bisa efektif melindungi diri dari COVID-19. Namun, menurut EPA alat tersebut tidak cukup memproteksi kita dari penularannya. “Alat ini tidak cukup untuk melindungi orang dari COVID-19,” kata mereka.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi angkat bicara soal tren kalung pembersih udara portabel.
“Pada prinsipnya begini supaya bisa dipahami masyarakat, air purifier atau pemurni udara itu mengkondisikan satu ruangan terutama ruangan yang tertutup kemudian dipurifikasi bagian di dalamnya yang menyaring virus,” jelas Adib kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (26/6/21).
Baca juga: Kalau Protokol Kesehatan Berlaku, Apakah Sektor Hiburan Siap Rugi? | Asumsi
Adib mengatakan, masyarakat jangan serta merta meyakini alat ini bisa sepenuhnya memproteksi diri dari penularan virus corona.
“Kalau ada satu alat yang katanya kita bisa melindungi diri dari penularan virus corona pada area tertentu dalam 1 meter misalnya, harus ada bukti klinis yang menjadi referensi,” ujarnya.
Disiplin Protokol Kesehatan Tak Terganti
Sampai saat ini, Adib mengatakan memang belum ada bukti ilmiah bahwa alat itu benar-benar bisa melindungi dan efektif menyaring virus corona sehingga tidak terhirup ke pernapasan penggunanya.
Menurutnya, hal yang lebih penting daripada memakai alat ini adalah menjaga protokol kesehatan secara ketat. Memakai masker dua lapis, menjaga jarak, serta sebisa mungkin menghindari interaksi langsung dengan orang lain yang memicu droplet adalah hal yang dinilai lebih efektif mencegah COVID-19.
“Masyarakat jangan asal terbawa iklan, terbawa tren. Kalau kita berada di luar ruangan yang udara bebas dan bisa tetap menjaga jarak, tentu perlindungannya tetap efektif tanpa memakai alat semacam ini. Sebenarnya udara bebas itu sudah bisa menteralisir virus yang beterbangan di udara,” tuturnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Perkantoran Jakarta Meningkat, WFH Kembali Diserukan | Asumsi
Epidemiologi Universitas Airlangga Windu Purnomo menilai sah-sah saja jika ada yang percaya kalau kalung air purifier bisa melindungi diri mereka dari penularan virus corona.
Ia menyamakan orang yang menggunakan hal ini seperti mereka yang merasa bisa terlindungi dari risiko terpapar COVID-19 dengan membalurkan minyak kayu putih di sekitar hidung, mengoleskan minyak angin di masker yang dikenakan, atau meminum jamu untuk menjaga daya tahan tubuh.
“Orang itu kan, ada semacam keyakinan yang bisa bikin mereka senang atau percaya diri. Jadi, mau pakai kalung itu silakan saja. Sesuatu yang menurut saya bukan sesuatu untuk dihakimi. Keyakinan semacam ini seringkali secara psikologis bisa meningkatkan mood mereka lalu imun juga meningkat. Enggak apa-apa kalau bisa meningkatkan imun justru bagus,” ucapnya saat dihubungi terpisah.
Namun yang paling penting, ia mengingatkan masyarakat tetap harus menjaga kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Memakai apa pun yang diyakini bisa melindungi diri dari virus corona tanpa diiringi dengan menjalankan protokol kesehatan menurutnya tidak ada artinya.
“Pokoknya yang penting protokol kesehatan jangan sampai lepas. Kemudian tidak mengkampanyekan kalau memakai kalung itu bisa jadi pengganti kita enggak usah pakai masker lagi saat keluar rumah karena virusnya tersaring ke alat itu. Nah, ini enggak benar. Masker tetap pakai, selalu bawa hand sanitizer kalau kemana-kemana, dan jaga jarak. Ini tidak tergantikan,” katanya.