Co-founder Microsoft Bill Gates memprediksi situasi dunia akan kembali normal dari pandemi COVID-19 pada akhir tahun 2022. Hal ini, kata dia, dapat terjadi karena vaksinasi COVID-19 yang gencar dilakukan di seluruh dunia.
“Ini memang tragedi luar biasa dan di akhir tahun 2022, seharusnya kita sudah bisa kembali hidup normal,” kata Bill Gates saat diwawancara media Polandia, dilansir dari Reuters.
Oleh sebab itu, ia mengharapkan supaya program vaksinasi di seluruh dunia dapat terus dimasifkan agar harapan segera berakhirnya pandemi virus Corona dapat terwujud.
Sempat Prediksi Pandemi Terkendali Tahun Ini
Milyuner berusia 65 tahun ini, sebelumnya sempat memprediksi pandemi COVID-19 dapat dikendalikan pada akhir tahun 2021. Prediksi ini, didasarkan atas keyakinannya pandemi virus mematikan ini selesai di akhir 2021 karena vaksin yang sudah cukup efektif, mampu diproduksi dalam skala besar.
Gates juga mengatakan, situasi pandemi tekendali di tahun 2021, bila vaksin yang diproduksi manjur. Namun catatannya adalah ramalan tersebut hanya berlaku bagi negara-negara maju.
“Kami masih belum tahu apakah vaksin ini akan berhasil. Butuh waktu juga untuk meningkatkan kapasitas (produksi vaksin). Jadi alokasi di AS dan antara AS dan negara lain akan menjadi poin perdebatan paling atas,” ungkap Gates dikutip dari CNBC.
Kala itu, ia bahkan meyakini Amerika Serikat (AS) akan mulai pulih dari pandemi COVID-19 sekitar bulan Maret hingga Mei. Sementara di negara lain era normal mulai terjadi di akhir 2021.
Keyakinan ini disebabkan vaksin serta perawatan akan menjangkau pada skala global, meski perlunya perjalanan protokol kesehatan bagi masyarakat masih harus terus dilakukan.
Concern Pembuatan Vaksin Virus Corona
Pendiri perusahaan teknologi raksasa dunia ini kerap menunjukkan perhatiannya pada situasi pandemi COVID-19. Sejak pandemi virus Corona melanda dunia, ia sering tampil di media untuk bersuara.
Pada April 2020, ia mengatakan pandemi COVID-19 akan berlangsung lama, khususnya di Amerika Serikat. Menurutnya, butuh waktu beberapa bulan hingga tahun. Salah satu kuncinya, kata dia, memproduksi vaksin dalam skala besar yang membutuhkan waktu tidak sebentar hingga membuat situasi kembali normal.
“Akan butuh waktu, hingga keadaan kembali normal. Biasanya vaksin butuh waktu lebih dari 5 tahun untuk dikembangkan karena proses pengembangannya yang rumit,” kata Gates seperti dilansir dari CNBC.
Gates mendesak negara-negara di dunia untuk mengedepankan perawatan, pengetesan dan pelacakan kontak sebelum memutuskan untuk membuka kembali ekonominya. Bahkan, ia menyamakan situasi pandemi saat ini serupa dengan kondisi Perang Dunia II.
Menurutnya, dalam menghadapi perang tentu memerlukan strategi khusus. Demikian pula dalam menyikapi situasi pandemi. Agar situasi kembali normal, maka memerlukan banyak inovasi, salah satunya dengan menciptakan vaksin COVID-19.
Sebagai wujud concern dirinya terhadap situasi pandemi global ini, Gates yang telah mundur dari jabatannya dari Microsoft Corp pada 2014, berkomitmen membantu penanganan COVID-19 di dunia.
Ia melalui Bill & Melinda Gates Foundation siap menggelontorkan sedikitnya US$ 1,75 miliar untuk mendorong pabrikan memproduksi berbagai vaksin, mendiagnosa penyakit hingga kebutuhan perawatan pasien COVID-19.
Bill and Melinda Gates Foundation juga menyokong COVAX Facility yang juga didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Lembaga penelitian vaksin ini, mengklaim telah mengamankan sekitar 2 miliar dosis vaksin untuk negara-negara miskin pada akhir tahun ini.
Dituding “Otak” Konspirasi COVID-19
Seringnya tampil berbicara soal pandemi COVID-19, membuat Gates dituding terlibat konspirasi dalam pandemi COVID-19. Ia pun mengaku terkejut dengan tudingan yang menyebutnya sebagai “otak” dari pandemi global ini.
Terdapat jutaan unggahan di media sosial yang menuding Bill Gates dan seorang ahli penyakit menular asal Amerika Serikat (AS), Dr Anthony Fauci sebagai dalang di balik pandemi global.
Gates menyebut tudingan yang beredar di jagad maya ini, sebagai “teori konspirasi gila”. “Tidak ada yang akan meramalkan bahwa saya dan Dr. Fauci akan menjadi begitu menonjol dalam teori-teori yang benar-benar jahat ini. Teori yang benar-benar jahat, tentang apakah kami menciptakan pandemi atau kami mencoba untuk mengambil untung darinya dan seterusnya,” kata dia dilansir dari reuters, seperti dikutip Kompas.com.
Ia menilai, teori konspirasi ini muncul dari mereka yang mulai abai dengan protokol kesehatan, serta menganggap sepele pandemi COVID-19. “Saya harap (teori) itu tidak menahan orang (untuk) memakai masker atau mendapat vaksin,” ucapnya. .
Hal yang penting, menurutnya masyarakat perlu mendapat edukasi yang tepat mengenai pandemi COVID-19 agar isu-isu semacam ini tidak terus berkembang di ruang publik.
Apa Respons Epidemiolog Soal Prediksi Bill Gates?
Menyikapi prediksi Gates yang menyebut kehidupan manusia akan kembali normal akibat pandemi di tahun 2022, Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman meyakini ucapan tersebut tak dilontarkan sembarangan.
“Kalau yang bicara Bill Gates, dia membayar epidemiolog atau pakar untuk membuat analisa. Artinya, dia enggak akan bicara kalau enggak kuat analisanya,” kata Dicky kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (27/3/21).
Bahkan, ia pun pernah menyampaikan prediksi bahwa hingga tahun ini saja kemungkinan besar pandemi COVID-19 di Indonesia dan banyak negara lainnya belum bisa dinyatakan selesai.
Hal ini pun disampaikannya, melalui analisa kepakaran yang detil secara teori dan dinamika yang terjadi di lapangan. “Saya pernah katakan, dengan karakter pandemi seperti COVID-19, sampai pertengahan 2021 itu belum tentu selesai. Prediksi saya sampaikan tahun lalu. Itu juga atas dasar analisa dan kajian, walaupun saat itu banyak pro dan kontra,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pernyataan Bill Gates ini bukan berarti memberikan harapan bahwa pandemi COVID-19 di seluruh dunia berakhir pada tahun depan.
“Jadi yang dimaksud Bill Gates bukan selesai pandemi secara keseluruhan di seluruh dunia. Menurut WHO kan, kalau 2 benua banyak negara yang bisa mengendalikan kasus Corona, maka status pandeminya bisa dicabut. Misalnya ada negara di Amerika, Australia dan Eropa mencapai kategori terkendali, definisi pandeminya harus diangkat. Cuma COVID-19 masih dinyatakan sebagai public health emergency international concern, itu masih akan panjang dan belum bisa dicabut,” jelasnya.
Kemudian, bila seterusnya COVID-19 hanya akan ditemukan sebagai penyakit musiman, maka dapat disebut sebagai endemik. “Menurut saya, prediksi Bill Gates kalau 2022 pertengahan, status pandemi dicabut ini cukup realitstis. Cuma ingat, bukan selesai penyakit yang melanda dunia ya artinya. Kalau itu bisa 2023, bahkan 2024. Ini termasuk konteks untuk Indonesia yang belum bisa selesai cepat,” tegasnya.
Sementara itu, soal tudingan Bill Gates disebut sebagai dalang pandemi, ia menilai aneh. Dicky justru menilai tudingan itu tak mendasar dan dialamatkan kepada Gates karena sosoknya sebagai figur publik.
“Saya pernah ketemu dia dan terlibat menjadi koordinator project dia di Kemenkes (Kementerian Kesehatan). Dia itu sudah lama concern pada masalah kesehatan global, lebih dari 20 tahun. Bukan cuma sekarang saja,” ucapnya.
Kolaborasi global untuk program vaksin, menurutnya juga bukanlah hal baru yang dilakukan oleh Gates. “Ini juga bukan buat jualan, tapi dia justru support untuk menyediakan vaksin di negara-negara miskin. Concern-nya ini menunjukkan dia bukan orang yang cari untung. Dia banyak concern kasus ebola, TBC, sampai HIV. Bahkan, ebola ini kasus wabah yang menimpa negara miskin, sehingga riset vaksinnya lama banget. Bill Gates yang akhirnya turun tangan bantu,” tuturnya.