Aplikasi perpesanan Whatsapp sempat mengalami down pada dini hari tadi (20/3). Tumbangnya aplikasi yang milik Facebook Inc. ini pun heboh menjadi perbincangan di dunia maya lewat tagar #Whatsappdown.
WhatsApp memang bukan kali ini mengalami down secara global. Setiap mengalami gangguan, sontak selalu membuat para penggunanya geger. Apa penyebabnya?
Adanya Gangguan Teknis
Pada 2019 lalu, setidaknya dua kali WhatsApp pernah mengalami down server secara beruntun, yakni bulan Maret, April dan Mei. Saat kejadian bulan Maret, Facebook mengaku adanya masalah di server yang membuat sistem mereka mengalami tumbang.
Biasanya, saat WhatsApp mengalami down, maka akan berdampak pada aplikasi yang terintegrasi dengannya yakni Facebook dan Instagram.
“Kami membuat perubahan konfigurasi server yang memicu serangkaian isu. Sebagai hasilnya banyak orang yang kesulitan mengakses aplikasi dan layanan kami,” tulis pihak Facebook saat terhadi gangguan WhatsApp dilansir dari Detik.com.
Kemudian, pada 15 Juli 2020, aplikasi perpesanan ini juga dilaporkan mengalami down saat dini hari. Saat itu, laporan dari laman DownDetector sebagaimana, sebanyak lebih dari 19.000 orang di seluruh dunia melaporkan masalah tersebut kala itu.
Gangguan ini menyebabkan para penggunanya mengalami kesulitan untuk terhubung pada aplikasi WhatsApp, mengirim dan menerima pesan, dan kesulitan untuk masuk ke aplikasi.
Hal ini pun terjadi bukan hanya pelanggan seluler saja, tetapi juga web. Aplikasi ini tidak dapat ‘terhubung’ ketika pengguna mencoba mengirim pesan. WhatsApp down kembali terjadi pada 19 Januari 2020. Beberapa pengguna mengeluh tidak dapat mengirim foto dan video.
Terkini, pada dini hari, Downdetector menunjukkan ada lebih dari 23 ribu pengguna melaporkan masalah dengan WhatsApp di situs web.
“Downdetector melacak masalah tersebut dari laporan status dari serangkaian sumber, termasuk kesalahan yang dikirimkan pengguna pada platformnya,” demikian dikutip dari CNN.
Mengenai masalah gangguan ini, pihak perusahaan hanya menyampaikan adanya masalah teknis. Namun mereka tidak menjelaskan lebih lanjut soal penyebabnya.
“Hari ini, masalah teknis menyebabkan orang kesulitan mengakses beberapa layanan Facebook. Kami menyelesaikan masalah ini untuk semua orang. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” kata pihak Whatsapp dikutip dari Kompas.
Pengamat gawai dari Komunitas Gadtorade Lucky Sebastian mengungkapkan kemungkinan penyebab gangguan server WhatsApp down, seperti adanya maintenance sistem internal.
“Mereka membutuhkan waktu untuk di-take down atau dimatikan dari jaringan, bisa juga ada serangan DDos (Distributed Denial of Service). Mungkin bisa juga adanya peretasan, kemudian kemungkinan adanya akses yang berlebih dari penggunanya,” jelasnya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon.
Ia pun mengaku tak heran tumbangnya Whatsapp selalu membuat geger para penggunanya di seluruh dunia, hingga menjadi perbincangan di media sosial.
“WhatsApp memang aplikasi yang penggunanya terbanyak dan sudah digunakan di banyak negara sejak lama, wajar sekali kalau heboh,” ujar Lucky.
Orang Indonesia Ketergantungan WhatsApp
Lucky mengatakan, masyarakat Indonesia merupakan salah satu pengguna global yang ketergantungan menggunakan Whatsapp untuk mengirim pesan.
Ia mengatakan, sejak kehadirannya pada tahun 2009, WhatsApp dianggap sebagai aplikasi percakapan yang bisa disetarakan dengan Blackberry Messenger (BBM).
“Dulu WhatsApp keluar saat orang-orang yang enggak pakai Blackberry berharap punya aplikasi sebagus BBM. Saat itu Blackberry kan gawai premium. WhatsApp keluar saat orang-orang di Indonesia lebih banyak pakai Nokia, terutama gawai berbasis Android,” terangnya.
Seiring pembaharuan fiturnya, Lucky menyebut aplikasi Whatsapp semakin membuat para penggunanya ketergantungan. Terlebih, menyediakan layanan aplikasi khusus akun bisnis.
“WhatsApp ini banyak yang pakai di negara kita apalagi ada akun yang buat bisnis yang bikin ketergantungan, enggak bisa lepas. Itu kalau down, orang-orang otomatis pada pusing,” ucap praktisi teknologi ini.
Fitur WhatsApp Bikin Nyaman Penggunanya
Lucky menambahkan, saat ini Whatsapp bukan sekadar dipakai untuk chatting, namun juga menjadi kontak bagi orang yang berdagang, terutama di masa pandemi COVID-19.
“Memang dipakai buat macam-macam sekarang. Dari sekadar percakapan, jadi buat jualan kebanyakan nyaman pakai WhatsApp,” ungkapnya.
Selain itu, WhatsApp juga menawarkan fitur stiker yang bisa dibuat sendiri oleh penggunanya melalui aplikasi pihak ketiga.
Hal ini, membuat para penggunanya semakin merasakan pengalaman yang menyenangkan dalam menggunakan aplikasi perpesanan asal Amerika Serikat ini.
“Fitur stiker ini kan, bikin penggunanya semakin nyaman. Terkadang hal kecil seperti ini bisa bikin senang dan punya kesan tersendiri memang,” lanjutnya.
Tak heran, saat Whatsapp mengumumkan adanya rencana kebijakan baru yang dianggap penggunanya mengganggu privasi juga sempat membuat heboh.
Sebagaimana diketahui, awal tahun WhatsApp menyampaikan pengumuman akan memberlakukan kebijakan privasi dan aturan layanan baru.
Pengumuman yang disampaikan dalam bentuk notifikasi pesan ini, mengharuskan para pengguna untuk mengeklik persetujuan. Dalam notifikasi yang disampaikannya, WhatsApp menyebut ada beberapa poin terkait dengan inti pembaruan kebijaknnya meliputi:
Kala itu, kebijakan tersebut disampaikan pihak Whatsapp akan diberlakukan pada 8 Februari 2021.
“Dengan mengetuk “SETUJU”, Anda menerima ketentuan dan kebijakan privasi baru yang akan berlaku pada tanggal 8 Februari 2021,” tulis WhatsApp dalam pengumuman notifikasinya.
Bila pengguna tidak berkenan, maka WhatsApp mengatakan pengguna dapat menghubungi pusat bantuan untuk menghapus akunnya.
Akibat desakan publik, akhirnya Whatsapp menunda rencana kebijakan privasi itu. Mereka juga memastikan bakal terus menjamin privasi percakapan para penggunanya.
“Whatsapp sempat mengeluarkan soal kebijakan privasi, jutaan orang langsung heboh, sempat pindah pakai aplikasi pesan lain. Cara penyampaian pihak Whatsapp menurut saya waktu itu, memang perlu dikoreksi, sehingga bikin kaget orang-orang,” tandasnya.
Protes terhadap kebijakan WhatsApp bermunculan. Bahkan, menyuarakan untuk menghapus hingga memblokir WhatsApp. Melihat hal tersebut, WhatsApp pun membatalkan kebijakan baru tersebut.
Bahkan, WhatsApp mengirimkan pesan kepada penggunanya, dengan menyatakan aplikasinya aman. Tak ada kebocoran data, menggunakan end-to-end encrypted. Hal itu berarti isi pesan hanya bisa dibaca oleh pengirim dan penerima.