Foto: Unsplash
Microsoft baru-baru ini mengeluarkan laporan tahunan bertajuk “Civility, Safety, and Interactions Online – 2020” dalam 2020 Digital Civility Index (DCI). Laporan ini mengukur tingkat kesopanan netizen atau pengguna internet, termasuk netizen di Indonesia.
Netizen negara mana paling sopan?
Belanda tampil sebagai negara dengan netizen paling sopan alias ranking pertama secara global.
“Studi tahunan Microsoft tentang kesopanan digital ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong interaksi online yang positif,” kata Liz Thomas selaku Regional Digital Safety Lead, Asia-Pacific, Microsoft dikutip dari Mashable, Rabu (24/2).
Singapura unggul di Asia Tenggara
Singapura berhasil membuktikan diri kalau netizen di negaranya memiliki tingkat kesopanan yang cukup tinggi. Di level Asia Tenggara dan juga di Asia secara umum, Singapura berada di posisi teratas dan menempati posisi keempat di dunia.
Singapura tercatat naik empat peringkat, menggantikan Malaysia yang sebelumnya ada di peringkat tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia?
Di dunia, Indonesia berada di peringkat ke-29 dari total 32 negara yang diteliti Microsoft. Catatan ini pun membuat Indonesia berada di posisi terbawah untuk lingkup Asia Tenggara, menurun 8 poin dengan skor 76.
Kontribusi orang dewasa Indonesia
Remaja Indonesia tidak memberikan kontribusi apapun (positif atau negatif) terhadap skor Indonesia selama 2020. Angka penurunan DCI Indonesia sepenuhnya didorong oleh orang dewasa.
“Tidak ada perubahan dalam skor DCI untuk kalangan remaja tapi penurunan 16 poin di orang-orang dewasa di Indonesia,” sebut Microsoft.
Hoax jadi risiko terbesar netizen Indonesia
Adapun tiga risiko terbesar netizen Indonesia di dunia daring adalah hoax dan penipuan yang naik 13 poin, ujaran kebencian naik 5 poin, namun diskriminasi turun 2 poin.
Namun, empat dari 10 responden menilai kesopanan lebih baik selama pandemi COVID-19 karena rasa kebersamaan yang lebih besar dan lebih banyak yang saling membantu. Namun hampir lima dari 10 orang mengaku terlibat dalam bullying dan 19% responden mengaku sebagai sasaran dan sekali lagi, kaum milenial adalah yang paling terpukul.
Metode survei
Survei diselenggarakan antara bulan April sampai Mei 2020, melibatkan 16 ribu responden yang terdiri dari kaum muda dan dewasa. Sistem penilaian laporan berkisar dari 0 sampai 100, di mana makin rendah skor berarti paparan risiko online makin rendah, sehingga tingkat kesopanan di internet negara itu semakin tinggi.
Selama pandemi COVID-19, 26% responden global menyatakan kesopanan online lebih baik karena netizen ingin membantu satu sama lain.
Namun risiko hoax dan penipuan disebut meningkat 3%, ujaran kebencian naik 4% dan diskriminasi naik 5%. Di India, responden melaporkan paparan ujaran kebencian naik dua kali lipat sejak tahun 2016 (menjadi 26% dari 13%).