Pegulat asal Jepang Hana Kimura meninggal dunia akibat bunuh diri pada 23 Mei lalu, dan penyebab kematiannya kembali terkuak. Sebelum meninggal, ia yang juga tampil dalam acara reality show Terrace House: Tokyo 2019-2020 di-bully pengguna media sosial setelah ia dan kawan serumahnya di Terrace House, Kai Kobayashi, sempat beradu argumen dan berakhir dengan Hana memukul jatuh topi Kobayashi. Hana kemudian banyak menerima pesan bernada melecehkan, cercaan, dan ancaman di media sosial yang membuatnya depresi.
Belakangan, ibu Hana, Kyoko Kimura, mengaku bahwa staf produksi Terrace House memaksa Hana untuk berulah di depan kamera demi meningkatkan rating acara. Berita yang tayang pertama kali lewat Yahoo News Japan ini mewawancara sang ibu untuk pertama kalinya setelah meninggalnya Hana. “Kematian Hana tak dihiraukan dan dianggap sekadar sebagai ‘seorang perempuan banyak ulah yang bunuh diri setelah mendapatkan banyak kritik di media sosial’. Kenyataannya berbeda jauh dari itu. Ia hanya memainkan peran yang diinstruksikan oleh staf Fuji TV,” ungkap Kyoko.
Disebut sebagai yarase, aktivitas ini lazim dilakukan oleh industri media dan hiburan di Jepang untuk mengangkat berita-berita sensasional dalam bentuk dokumenter atau reality show yang kemudian ikut difabrikasi oleh perusahaan media. Sejumlah “peneliti” direkrut untuk mendapatkan rekaman seorang istri selingkuh dari suaminya, anak remaja memohon untuk berhubungan seks, seseorang melakukan tindakan kriminal seperti mencuri baju atau makanan dari supermarket. Seorang produser Jepang juga pernah berkata bahwa “kami akan melakukan segala cara” supaya tujuannya tercapai, termasuk jika itu “menghancurkan hidup orang lain.”
Dalam episode ke-38 Terrace House, Kai Kobayashi tak sengaja mencuci dan mengeringkan kostum gulat profesional Hana di mesin cuci. Kostumnya pun mengerut dan tak bisa dipakai lagi. Hana kemudian marah, berteriak, dan memukul jatuh topi Kai. Adegan ini memicu banyak komentar negatif terhadap Hana, termasuk menganggapnya barbar, menilainya sebagai anggota paling dibenci di Terrace House, dan lainnya.
Namun, adegan yang ternyata adalah adu akting ini dikatakan merupakan paksaan dari tim pembuat film. Hana awalnya diminta untuk menampar Kai, tetapi ia tak mau. “Hana bercerita ke saya bahwa, ‘staf [Terrace House] memintaku untuk menamparnya di muka, tapi aku tak bisa melakukannya. Aku akhirnya terpaksa menarik jatuh topinya,’” ungkap Kyoko.
Selain kepada ibunya, Hana juga menceritakan hal ini kepada temannya yang ikut buka suara. “Hana bercerita ke saya bahwa staf produksi menginstruksikannya untuk menampar [Kai]. Setelah adegan itu berhasil diambil, mereka kemudian memuji akting bagus Hana. Di hari yang sama, Hana melakukan percobaan bunuh diri dengan melakukan self-harming,” ungkap salah satu teman Hana.
Berakting untuk adegan ini juga sulit bagi Hana, dan ia sempat menceritakan hal ini ke temannya lewat pesan singkat.
“Aku merasa kesulitan bernapas (hyperventilating), tapi kamera masih menyorotku… sekarang aku sudah lebih tenang. Aku mau pergi tidur.”
“Aku seharusnya tidur sebelum pukul 12, tapi…”
“Rasanya sakit sekali.”
Hana pun sempat mengirimkan pesan bernada suicidal kepada salah satu staf Terrace House setelah adegan tersebut diambil, tetapi mereka tak menganggapnya serius dan tetap menyiarkan adegan.
“Aku berusaha berakting seperti pegulat profesional sejak awal aku bergabung di Terrace House, tetapi aku diminta untuk jadi lebih bertingkah, dari 1 jadi 100, supaya lebih menghibur penonton,” ungkap Hana kepada ibunya.
Di hari kematian Hana, ia sempat mengirimkan pesan selamat tinggal kepada ibunya. “Maafkan aku, Mama, aku sudah tak kuat lagi. Rasanya terlalu menyakitkan. Hidup bahagia, ya, Mama?”
Kai Kobayashi ikut mengkonfirmasi berita ini. Mereka kerap bertukar cerita tentang bagaimana produser Terrace House kerap menuntut mereka untuk berakting di depan kamera. Penulis artikel di Yahoo News Japan telah meminta komentar dari Fuji TV, tetapi mereka hanya menyatakan situasi ini masih dalam proses investigasi dan belum dapat dikonfirmasi faktanya.