Women’s March Jakarta 2019 akan digelar pada Sabtu, 27 April 2019 dengan sloga #BeraniBersuara. Tahun ini, aksi tersebut diselenggarakan berdekatan dengan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April. Setidaknya ada 10 tuntutan yang akan disuarakan pada Women’s March Jakarta kali ini.
Dikabarkan akan ada lebih dari 50 lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas yang terlibat dalam Women’s March Jakarta 2019 nanti. Di antara beberapa LSM dan komunitas itu adalah Amnesty International Indonesia, Arus Pelangi, Institut Perempuan, Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga, Koalisi Perempuan Indonesia, Keluarga Besar Buruh Migran, Kapal Perempuan, LBH APIK, Perempuan AMAN, dan Trade Rights Union Centre.
Selain itu, Women’s March 2019 tidak hanya diadakan di Jakarta saja tetapi juga di 24 wilayah lainnya seperti Lampung, Bandung, Malang, Surabaya, Manado, Cirebon, Bali, Ternate, Yogyakarta, Indramayu, Serang, Medan, Pontianak dan Blitar.
“Kalau jumlah kota dari tahun lalu ada 15 kota, tahun ini ada 25 kota, jadi ada 10 kota baru yang akan ikut menyelenggarakan aksi Women’s March 2019. Tentu ini jadi progres yang sangat terlihat jelas ya,” kata Vivi Restuviani kepada Asumsi.co usai acara konferensi pers Women’s March Jakarta 2019 di Komnas Perempuan, Jakarta, Kamis, 25 April 2019.
Vivi mengatakan bahwa jumlah peserta Women’s March Jakarta tahun lalu mencapai 2000 peserta. Ia pun berharap adanya peningkatan peserta pada Women’s March 2019. “Tahun lalu sih ada sekitar 2000 peserta ya yang ikut di Jakarta, ekspektasi kita tahun ini ya pesertanya harus melebihi tahun lalu,” ucapnya.
Tak hanya itu saja, menurut Vivi, tahun ini volunter yang terlibat dalam Women’s March Jakarta 2019 lebih terorganisir dan tak hanya berasal dari LSM saja. Tapi juga mulai banyak yang datang dan berasal dari luar LSM. “Semuanya berasal dari kalangan masyarakat sipil, enggak cuma dari LSM aja ya, tapi juga ada individu-individu yang kerja di kantor, mahasiswa, bahkan anak SMA pun banyak yang jadi volunter kita,” ujarnya.
“Ekspektasi kita kepada peserta ya sebenarnya juga berharap lebih kepada individu-individu masing-masing untuk turun ke jalan, untuk menuntut hak-hak mereka. Termasuk juga teman-teman perempuan dan kaum minoritas yang lainnya.”
Terkait penyelenggaraan Women’s March Jakarta 2019 yang berlangsung akhir April, hal itu untuk menghindari adanya politisasi menjelang Pemilu 17 April yang baru saja selesai digelar beberapa waktu lalu. penyelenggaraan setelah Pemilu dilakukan juga dengan alasan keamanan dan kenyamanan peserta.
Selain itu, penyelenggaraan pada akhir April sekaligus merayakan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April. Bahwa Hari Kartini bukan sekadar merayakan baju tradisional dan keahlian memasak. “Kami ingin merebut kembali makna asli Hari Kartini. Kami ingin merayakan Kartini sebagai salah satu tokoh perempuan terpenting dalam sejarah Indonesia dan mengingat kontribusi beliau kepada perjuangan hak perempuan, dan tidak sekedar bicara soal kebayanya saja.”
Pertama, mendesak pengesahan seluruh Rancangan Undang-Undang, yang mendukung penghapusan kekerasan, diskriminasi, stigma, dan represi terhadap perempuan dalam berbagai sektor. Kedua, menghapus dan/atau mengubah peraturan dan perundang-undangan yang diskriminatif.
Lalu ketiga, memastikan pelaksanaan UU Desa dan UU Nelayan mengakomodasi kebutuhan perempuan secara inklusif, partisipatif, dan berwawasan lingkungan. Keempat, memastikan pelaksanaan UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia berpihak pada perempuan pekerja migran, dan memberantas tindak pidana perdagangan orang dan eksploitasi.
Sedangkan tuntutan kelima adalah menghentikan dan mengusut semua tindakan pelanggarakan hak asasi manusia dan kriminalisasi terhadap perempuan, kelompok marjinal, dan minoritas lainnya. Tuntutan keenam, menjalankan sistem penegakan hukum yang berkeadilan gender.
Tuntutan ketujuh berbunyi, menuntut pembangunan yang mengarusutamakan keadilan gender secara komprehensif dan inklusif, termasuk memperbaiki seluruh infrastruktur dan layanan transportasi agar ramah terhadap perempuan, anak dan kelompok marginal lainnya. Kedelapan, meningkatkan keterwakilan politik perempuan dan menuntu partai politik untuk melakukan fungsi pendidikan politik dan kewarganegaraan yang berperspektif gender.
Tuntutan kesembilan adalah mendorong kurikulum pendidikan yang komprehensif, adil gender dan inklusif, termasuk pendidikan kesehatan mental dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi. Lalu tuntutan yang terakhir adalah memastikan berjalannya perlindungan sosial yang komprehensif, adil gender dan inklusif, termasuk jaminan dan akses pada layanan kesehatan.
Perlu diketahui bahwa Women’s March sendiri merupakan aksi kolektif berbagai organisasi dengan berbagai latar belakang guna menyuarakan hak-hak perempuan dan kelompok marjinal serta minoritas. Sementara Women’s March Jakarta adalah gerakan yang dipelopori Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG) yang sebelumnya diadakan pada 4 Maret 2017 dengan peserta sekira 800 orang dan 3 Maret 2018 dengan peserta sekira 2.000 orang.
Pawai Women’s March Jakarta 2019 sendiri akan dimulai pada pukul 07.00 WIB, Sabtu, 27 April 2019. Bagi siapa saja yang ingin ikut bergabung pada Women’s March Jakarta 2019 bisa berkumpul di depan Hotel Sari Pacific Jakarta dan berakhir di Taman Aspirasi, Monumen Nasional.