Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin menyinggung gerakan 212 yang kini telah berubah menjadi bermuatan politis. Ma’ruf pun mengingatkan bahwa tujuan awal 212 itu adalah penegakkan hukum yang kini kasusnya sudah selesai. Hal itu diungkapkannya dalam konsolidasi bersama ulama Nahdlatul Ulama (NU) se-Pantura Jawa Tengah di Ballroom Hotel Gumaya Semarang.
“Gerakan 212 tadinya untuk penegakkan hukum. Saya yang keluarkan fatwa, penegakan hukum dilakukan selesai. Harusnya selesai, yang bersalah sudah dihukum. Makanya gerakan kita bubarkan,” kata Ma’ruf, Selasa, 5 Februari 2019.
Kemudian Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu bercerita, bahwa gerakan 212 yang sebenarnya sudah dibubarkan itu justru muncul kembali dengan nama baru, yaitu Persaudaraan 212. Sementara Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) diubah juga menjadi GNPF Ulama. Ma’ruf pun menilai bahwa perubahan itu adalah salah satu bentuk kendaraan politik opisisi.
“Muncul lagi PA 212 kemudian GNPF MUI diubah diganti GNPF Ulama, sudah tidak ada kaitannya penegakan hukum tapi gerakan politik. Menggunakan Pilpres sebagai kendaraan politik mereka,” ujarnya.
Gerakan 212 Muncul Saat Pilkada DKI Jakarta
Aksi 2 Desember atau yang disebut juga Aksi 212 dan Aksi Bela Islam III terjadi pada 2 Desember 2016 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Para massa berbondong-bondong menuntut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk dihukum karena diduga telah menistakan agama. Ketika itu juga sedang berlangsung serangkaian proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, dan Ahok masuk dalam daftar calon gubenur berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.
Berkat tekanan dari para massa, setiap proses persidangan Ahok pun terus mendapatkan perhatian. Hingga akhirnya, Ahok kalah di Pilkada. Ia juga divonis 2 tahun penjara.
Demonstrasi besar-besaran itu kemudian menjadi acuan untuk membuat Alumni 212. Mereka bahkan membuat pertemuan dengan tajuk ‘Reuni 212’. Semula gerakan ini bernama Presidium Alumni 212, yang diketuai Slamet Maarif, juru bicara Front Pembela Islam (FPI). Namun, pada Maret 2018, gerakan ini berganti nama menjadi Persaudaraan Alumni 212.
Pergantian nama itu berdasarkan hasil Musyawarah Nasional ke-1 yang diselenggarakan pada 25-27 Januari 2018. Bahkan kini Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) membentuk kepengurusan yang baru. Di mana jabatan untuk dewan pembina tunggal hanya diberikan kepada Rizieq Shihab.
“Dewan Pembina Tunggal Habib Rizieq Syihab. Ketua Penasihat Amien Rais,” ujar Misbahul Anam, seorang anggota penasihat saat jumpa pers yang diselenggarakan di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Januari 2018 lalu.
Setelah pergantian nama, sempat dikabarkan bahwa ada perpecahan antara kelompok Presidium Alumni 212 dengan Persaudaraan Alumni 212. Namun isu itu ditepis Slamet Maarif.
Alumni 212 Pernah Buat Partai Khusus
Tujuh orang alumni aksi 212 pernah mendeklarasikan berdirinya partai politik bernama Partai Syariah. Ketua penggagasnya adalah Siti Asmah Ratu Agung. Ma’ruf Halimuddin, salah satu penggagas Partai Syariah tersebut sempat mengatakan bahwa ia dan kelompoknya akan membangun parlemen melalui partai Islam.
“Kami harus membangun parlemen. Kami harus mempermainkan parlemen melalui partai Islam,” kata Ma’ruf Halimuddin di Gedung Juang 45, Jakarta, Senin, 17 Juli 2017 silam.
Sejak dibentuk, serangkaian kegiatan Partai Syariah menggunakan iuran peserta aksi 212 untuk membiayai operasional partai. Ketua umum partai rencananya akan dipilih oleh GNPF MUI. Namun, partai belum berkembang, konflik antar-deklarator terjadi.
Ketegangan muncul antara kubu Ma’ruf Halimuddin dan Ratu Agung. Ma’ruf pun mengumumkan pengunduran diri. Ia keluar hanya lima hari usai deklarasi partai. Dia pun meminta maaf telah ikut mendorong terbentuknya partai.
Tak lupa, dia juga meminta maaf kepada para peserta aksi 212 dan ulama. Dia merasa tak lagi sejalan dengan Ratu selaku penggagas lahirnya Partai Syariah 212. Perpecahan pun akhirnya tak bisa dihindari.
Memang, saat aksi demonstrasi 212, massa aksi memiliki nominal yang cukup besar. Dari jumlah itu, tentunya pergerakan untuk ke arah lain seperti membuat partai seakan lebih mudah. Maka dari itu, antusias para massa tetap dijaga dengan dibuatkan pengurus serta diberikan ruang untuk melakukan acara reuni.