“Setelah meraih gelar keempatnya di All England, Sabtu (19/3) akhir pekan lalu di National Indoor Arena, Birmingham, sebenarnya Susi Susanti sudah berhak atas gelar Atlet Putri Terbaik Indonesia sepanjang masa. Dia sudah membuat begitu banyak sejarah bagi perbulutangkisan Tanah Air bahkan dunia. Entah kapan lagi dapat lahir olahragawati sebesar putri Tasikmalaya ini. Yang pasti kita berani mengatakan tidak akan ada yang bisa menandinginya sampai abad ini berakhir”.
Kutipan tersebut dikutip dari buku berjudul Kumpulan Esei Olahraga Hendry Ch Bangun tahun 2011 dengan artikel “Setumpuk Sukses dan Sebuah Cambuk”. Dari situlah, Susi Susanti digambarkan sebagai putri Indonesia yang sukses membanggakan Indonesia lewat Bulu tangkis.
Pantas saja, sepanjang kariernya, Susi sudah mengharumkan Tanah Air di beragam ajang Bulu tangkis, di antaranya Piala Dunia, All England, Olimpiade, Jepang Terbuka, Malaysia Terbuka, China Terbuka, Indonesia Terbuka, SEA Games, PON, dan masih banyak lagi.
Kendati demikian, kesuksesan karier isteri dari atlet fenomenal bulu tangkis Indonesia, Alan Budi Kusuma, ini tidaklah mudah untuk dicapai. Sebab, Susi menjadi andalan tim putri Indonesia di hampir semua ajang Bulu tangkis. Ia sebagai “tulang punggung” bagi tim putri yang tidak memiliki kemampuan seperti dirinya.
Menang dan kalah ia terima dengan tulus. Sudah begitu banyak bukti-bukti yang diperlihatkan Susi betapa tangguhnya mental yang dimiliki putri Tasikmalaya itu. Akan tetapi, Susi juga manusia, bukan supergirl, yang mampu mengatasi perasaan-perasaan pribadinya.
Maka dari itu, sebagai salah satu bentuk dari sekian apresiasi, proses dan perjalanan karier Susi Susanti akan dikenang melalui film berjudul Susy Susanti – Love All. Film karya sutradara Sim F ini akan tayang pada tahun 2019.
Negara, Olahraga, dan Keluarga
Sang produser film Susy Susanti – Love All Daniel Mananta menyatakan, film ini akan mengisahkan mengenai begitu cintannya Susi dalam olahraga, negara, dan keluarga. Harapanya, melalui film ini Indonesia bisa menciptakan atlet yang berprestasi.
“Kita berharap banget ada world class Indonesia. Generasi milenial terpanggil untuk berkompetisi melawan dunia. Dengan perjalanan karier yang luar biasa, Susi Susanti bisa menjadi contoh untuk kita semua,” kata Daniel dalam jumpa pers di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Salah satu dari lima penulis naskah film Susy Susanti – Love All, Syarika Bralini menyatakan, ide film ini sudah lama digarap. Dari hasil riset yang ditemukan oleh tim, lanjut Syarika, banyak sekali peristiwa yang menarik dan bisa diangkat sebagai inti dari film ini.
“Terutama Sudirman Cup tahun 1989 yang kita angkat dan pengambilan gambarnya di Istora. Kami juga mencari hal-hal yang bisa dirangkum menjadi sebuah cerita yang utuh mengenai perjalanan karier Susi Susanti,” ucapnya.
Adalah Love All, tema yang tepat bagi Syarika dan tim untuk film ini karena kesimpulan mereka menunjukkan Susi Susanti sangat mencintai keluarga, negara, dan bulutangkis. Maka dari itu, tema tersebut akan disuguhkan melalui cerita apik nan ciamik dengan proses jatuh-bangun Susi.
“Intinya Susi Susanti itu berkarya sebagai kewajiban seorang warga negara yang bisa membuat Tanah Air-nya bangga. Sisi-sisi ceritanya berlapis-lapis, namun yang menyatukan itu semua adalah cinta,” tambahnya.
Film yang juga diproduseri olehh Reza Hidayat ini menampilkan dua tokoh utama, yaitu Susi Susanti (Laura Basuki) dan Alan Budi Kusuma (Dion Wiyoko). Reza menambahkan, film ini dihadirkan lantaran sudah saatnya perfilman Tanah Air membuat ide dan konsep mengenai sosok atlet berprestasi.
“Lewat film ini kita ingin membuktikan Indonesia bisa menjadi juara dunia. Tidak hanya di olahraga saja, tetapi juga di pekerjaan lainnya,” tuturnya.
Reza berharap, Susy Susanti – Love All mampu menginspirasi masyarakat Indonesia dan dunia untuk berjuang terhadap cita-citanya. Dengan dua bulan hari produksi dan ratusan gambar untuk computer graphic yang digarap dengan ratusan pekerja film, Reza yakin akan prestasi atlet Indonesia terus meningkat dan menciptakan bibit yang baru.