Salah satu cara untuk menghilangkan diskriminasi yaitu dengan memberikan peluang bagi setiap individu. Setidaknya itulah yang membuat pertandingan cabang olahraga akhirnya perlu disiapkan berbagai kelas, nomor, ataupun perlombaan khusus untuk penyandang difabel. Seperti Asian Para Games 2018 yang akan diadakan di Indonesia pada 6 sampai 13 Oktober 2018 mendatang.
Sama halnya dengan perhelatan olahraga pada umumnya, Indonesia memiliki target sendiri di ajang empat tahun sekali ini. Pada cabang olahraga powerlifting alias angkat berat saja, tim Indonesia menargetkan tiga medali, mereka menargetkan satu medali emas dan dua medali perak.
Keyakinan akan tercapainya target itu tentunya berkat latihan yang dilakukan oleh para atlet sejak awal tahun di pelatihan di National Paralympic Committee Indonesia di bawah arahan pelatih Cini Ruswanto. Dari 13 atlet yang terdiri sembilan putri dan empat putra itu, Indonesia memiliki Ni Nengah Widiasih, atlet difabel yang punya deretan prestasi dan pengalaman dari cabang olahaga powerlifting.
Lalu, bagaimana awal mula perjuangan Ni Nengah Widiasih dan bagaimana targetnya di Asian Para Games 2018?
Ni Nengah Widiasih, perempuan kelahiran 12 Desember 1989 yang akrab disapa dengan nama Widi ini sehari-harinya berjalan menggunakan alat bantu kursi roda. Penyakit yang menyerangnya saat masih berusia tujuh tahun membuat kaki Widi tak bisa lagi digerakkan, apalagi dijadikan topangan. Membuat gadis asal Karangasem, Bali itu enggan melanjutkan sekolah.
Namun keluarganya tetap menyemangatinya, dengan sedikit paksaan Widi akhirnya bersedia pindah ke Denpasar, dan tinggal di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali. Di sanalah bakat Widi di olahraga angkat berat mulai muncul. Ia cukup mencintai cabor itu setelah melihat sang Kakak, I Gede Suantaka yang juga berprofesi sebagai atlet.
“Awalnya mengikuti angkat berat itu sebenarnya hanya main-main, coba-coba, ikut-ikutan. Pada saat saya mulai jadi atlet angkat berat itu, saya masih sangat kecil, yaitu pada kelas 6 SD. Mungkin kurang lebih usia saya saat itu 14 tahunan mungkin. Jadi kebetulan kakak, lingkungan saya pada saat itu atlet angkat berat,” kata Widi dikutip dari Kumparan, Selasa, 17 Juni 2018.
Menjadi seorang pemenang tak akan mungkin bisa dengan proses yang instan, begitulah sekiranya perjalanan hidup Widi. Latihan keras layaknya atlet non-difabel lainnya, Widi bahkan pernah sampai muntah sangking kerasnya berlatih. Dua bulan berselang, tepatnya saat ia masih duduk di bangku kelas 6 SD, akhirnya membuat Widi bertemu pada kejuaraan pertamanya yang membawanya ke Pelatnas angkat berat difabel di Solo, Jawa Tengah.
Namun beberapa jalan tak selalu mulus, beberapa kejuaraan nasional Widi malah pernah tak berhasil membawa pulang prestasi apa-apa. Tapi tahap demi tahap yang ia lalui nampaknya mulai berbuah manis. Pada perheltan ASEAN Para Games di Nakhon Rachasima, Thailand, Widi meraih perunggu.
Setelah itu, secara berturut-turut pencapaian prestasi terus diraihnya. Pada ajang ASEAN Para Games berikutnya di Kuala Lumpur, giliran medali perak menggantung di lehernya. Tak lupa, saat masih bertanding di tingkat nasional, Widi memang kerap kali membawa pulang medali emas, seperti saat kejuaraan atlet difabel di Solo dan Bali.
Baca juga: Asian Para Games 2018: Begini Kesiapan Indonesia, Sang Tuan Rumah
Pada pesta olahraga khusus para atlet difabel se-Asia (Asian Para Games) 2014 di Incheon, Korea Selatan, Widi menyabet medali perak untuk angkatan 93 kilogram. Di mana pencapaian itu hanya selisih 5 kilogram dari atlet asal China yang mendapatkan medali emas.
Tak sampai di situ, Widi juga sudah pernah bertanding dan mendapatkan medali perunggu hingga di level Kejuaraan Dunia Angkat Berat di Dubai pada 2016. Pertandingan itu pun membawanya ke Rio de Janeiro, Brasil, untuk pergelaran Paralimpiade 2016 dan kembali sukses mendapatkan perunggu.
Prestasi terbaru yang baru saja Widi raih yaitu ia berhasil membawa pulang medali emas untuk Indonesia pada kejuaraan ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Widi tampil dengan kemampuan mengangkat beban 96 kilogram atau 19 kilogram lebih berat dari pencapaian sebelumnya, bahkan berjaya dengan menyabet dua emas sekaligus. Kini, Widi menjadi atlet andalan di Asian Para Games, Jakarta 2018.
“Semoga sesuai target. Akan tetapi, saya sebagai atlet, akan berjuang semaksimal mungkin untuk Indonesia,” tutur Widi.