Salah satu penyakit mental yang acap terjangkit oleh setiap individu adalah stres atau depresi. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, media sosial ternyata berperan dalam menciptakan dan membangun penyakit mental seseorang.
“Masyarakat di Indonesia ini banyak yang belum memiliki sikap kritis. Jadi, sukanya ya merundungi orang lain di media sosial,” kata psikolog Elizabeth Santosa saat menghadiri diskusi bertajuk “Let’s Talk About Mental Health” di Jakarta, Sabtu (18/8/2018).
Selaras dengan pernyataan Elizabeth, berdasarkan data dari situs layanan manajemen media sosial HootSuite dan We Are Social tahun 2018, Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai pengguna terbanyak media sosial Instagram dan Facebook. Di sisi lain, Indonesia berada di peringkat ke-13 pengguna Twitter.
Tak ayal, ungkap Elizabeth, seseorang bisa mengalami penyakit mental jika warganet memberikan komentar yang bernada negatif. Menurutnya, hal tersebut kian berkembang lantaran kurikulum pendidikan di Tanah Air tidak mengembangkan berpikir kritis.
“Coba deh lihat orang-orang yang komentar di media sosial, sukanya nyinyir kan. Nah, diperparah lagi di sekolah maupun di universitas tidak banyak memberikan mata kuliah berpikir kritis,” ucapnya.
Selain komentar dari warganet, permasalahan lainnya yang juga menimbulkan stres adalah suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial. Bagi Elizabeth, intensitas dari seseorang dalam berselancar di media sosial kini sejatinya harus dikurangi.
“Jangan main media sosial terus, ada juga kan yang membuka Instagram lalu iri dengan teman-teman yang liburan sedangkan kalian hanya di rumah saja. Nah, itu namanya stres yang dibuat oleh diri sendiri,” paparnya.
Arif Bermedia Sosial
Senada dengan Elizabeth, Ayla Dimitri, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut menyarankan, media sosial seharusnya digunakan dengan positif melalui konten dan komentar yang santun.
“Jadi harus kembali ke fungsi utama sosial media. Kalau sampai candu, bisa jadi penyakit nanti,” imbuh penyandang penyakit Psikomatik atau gangguan yang menyerang organ tubuh karena depresi maupun stres.
Perempuan yang juga sebagai konten kreator ini menambahkan, warganet diharapkan tidak membandingkan hidup dirinya sendiri dengan orang lain. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu cara agar tidak stres.
Cara lain yang bisa digunakan untuk menghindari stres karena media sosial adalah dengan melakukan kegiatan fisik. Berdasarkan studi penelitian dari jurnal The Lancet Psychiatry Amerika Serikat yang dilansir dari BBC UK, Kamis (9/8/2018), aktivitas fisik yang dilakukan selama 45 menit dengan intensitas tiga hingga lima kali seminggu dapat mengurangi stres.
“Aktivitas yang dilakukan tidak perlu yang berat-berat seperti pekerjaan rumah tangga pun bisa,” tulis laporan tersebut.
Dikutip dari sumber yang sama, penelitian serupa yang pernah dilakukan menyatakan efek olahraga pada kesehatan mental telah memberikan hasil yang beragam. Di sisi lain, kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan kesehatan mental yang buruk dan jika tidak disembuhkan akan menjadi sebuah gejala.